PUZZLE
Tak
pernah terbayangkan dalam benakku, suatu hari nanti akan jatuh cinta padanya.
Pada sesosok pria yang jujur saja jauh dari ekspektasi pria yang ingin
kucintai. Bukan, bukan karena fisiknya tapi entahlah aku hanya tak bisa
memberikan deskripsi tentang perasaanku padanya. Dia yang kini dengan
berjalannya waktu dapat membuatku jatuh cinta sejatuhnya kedalam hati itu.
Aku yang selalu mampu mendeskripsikan
perasaanku diatas keyboard dan mengisahkan apapun yang ingin kukisahkan. Aku
yang selalu mampu mendeskripsikan setiap detail dari sebuah kata yang disebut
rasa. Aku yang mampu memberikan ekspektasi dari rasa itu. Kini entah kenapa
semua itu tak mampu aku lakukan. Aku ingin mengisahkan tentang lelaki itu,
tentang dia yang hadir dengan semua kesederhanaan yang dimilikinya. Tentang dia
yang sangat ingin aku kisahkan. Entah
dari mana dapat kukisahkan. Dari awal kami bertemu tanpa tahu suatu hari nanti
kami akan saling jatuh cinta ? atau bagaimana hubungan ini benar-benar dimulai ”.
Semua
kepingan-kepingan masa lalu yang satu per satu datang dalam benakku mengingatkanku
tentang dirinya yang baru kusadari ternyata kepingan-kepingan itu bagaikan
sebuah permainan puzzle yang kini mulai ditemukan untuk bisa melihat seperti
apa lukisan itu. Aku rasa puzzle pertama yang kutemukan, yang baru kusadari
adalah bahwa sebenarnya aku tak pernah melupakan tanggal dimana pertama kali
Tuhan menghadirkan dia didunia ini. Hari dimana, dia menghirup udara didunia
ini, dunia yang akan mempertemukan kami berpuluh tahun kemudian. Aku tak pernah
melupakan ulang tahunnya, entah disaat dia ada disekitarku dan disaat dia
berada jauh dariku. Ketika dia masih menjadi tempat ku mengadu hingga dia
hilang begitu saja dan tak ada kabarnya. aku tak pernah mengatakan kepada orang
lain bahwa hari ini dia berulang tahun. Namun ketika hari ulang tahunnya tiba,
dalam hatiku selalu berkata “ Ow iya hari
ini dia berulang tahun. Ya selamat ulang tahun saja untuknya”. Lalu berlalu begitu saja hingga tahun
berikutnya dan tahun berikutnya, aku selalu mengingat tanggal itu yang jujur
saja tak pernah kusangka akan mengingatnya yang disaat itu tak memiliki arti
khusus untukku.
Lalu
puzzle-puzzle lain berdatangan dengan sendirinya. Suatu ketika aku baru saja
membeli telpon genggamku yang baru dan seperti biasa mendapat bonus seperti
beberapa games dan lagu-lagu yang lagi hits. Dengan kebiasaanku yang tak pernah
bisa lepas dari music, aku sangat berterima kasih untuk itu. Saat itu aku
sedang santai dikamarku sambal mendengar music melalui earphone milikku. Lalu seketika
aku tertegun mendengar sebuah lagu “aku
ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu, aku ingin kau tahu bahwa ku selalu
memujamu..”
Lalu lagu itu mengalun diruang dengarku yang seketika membuatku teringat “ Bukankah ini salah satu lagu
kesukaannya?” batinku.
Aku merekam lagu
itu dan mengirimkan lagu itu padanya dengan caption “ Ini lagu kesukaan kamu kan ?”. Dan dia membalas “ Kamu ternyata tahu juga ya “.
Lalu aku teringat beberapa tahun lalu, saat itu kami sedang
mengikuti kegiatan sekolah bersama dan lagu itu “ Dealova” terdengar lalu dia berkata “ Aku sangat menyukai lagu ini”. Dan inilah puzzle kedua yang baru
kutemukan setelah tujuh tahun berlalu, karena tanpa kusadari memoriku menyimpan
kata-kata dia itu namun entah disimpan dibagian memoriku yang mana.
Ketika kutemukan
puzzle yang baru, aku selalu tersenyum bahkan tertawa sendiri seperti orang
yang sedang terganggu kejiwaannya. Aku menertawakan diriku sendiri yang semakin
menyadari bahwa waktu mampu membuatku
jatuh cinta padanya. Aku yang dulu bersikeras untuk takkan menaruh perhatian
padanya. Aku yang tanpa kusadari selalu berusaha sangkal akan perasaanku
sendiri padanya.
Lalu kutemukan
puzzle ketiga. Ketika suatu hari ada seseorang bertanya padaku sejak kapan kami mulai dekat. Dan pertanyaa itu
membuatku flashback beberapa waktu lalu ketika saat itu aku baru saja mengalami
apa yang disebut dengan patah hati. Ketika itu dia datang kepadaku memberikan
pundaknya padaku untuk sekedar bersandar. Namun aku menolaknya dan aku ingat
betul apa yang kukatakan padanya saat itu
“ Aku tak mau menjadikanmu seperti bantal yang akan kugunakan ketika aku lelah,
hanya untuk menghilangkan lelahku”.
Dan
aku pun ingat jelas apa yang dia katakan saat itu “ Aku rela jika itu bisa membuatmu lebih baik”.
“ Tidak, itu membuatku merasa lebih buruk.
Jika memang Tuhan punya rencana untuk kita, jika kamu benar-benar ingin
membuatku merasa baik, datanglah empat atau lima tahun lagi. Karena aku yakin
disaat itu aku telah benar-benar pulih dan jika memang itu terjadi aku ingin
menjadikanmu rumah. Tempat dimana aku ingin selalu kembali kemanapun aku
melangkah”.
Dan
waktu berjalan begitu saja membuatku tak sadar bahwa waktu membuktikan itu
semua. Empat atau lima tahun itupun datang dan menagih janjinya. Dan lagi-lagi
aku tersenyum, menertawakan kenangan itu. Ketika aku mengatakan “datang lagi empat atau lima tahun lagi”,
sungguh saat itu aku tak benar-benar
mengharapkannya karena aku memang tak memiliki rasa apapun padanya. Lalu
kini lima tahun itu datang, membuktikan pada kami bahwa dia benar ada. Lima
tahun yang tak terduga.
Dia
sosok yang jauh dari pria yang kuinginkan dan aku mengatakan ini jujur dari
hatiku. Dia yang sederhana, apa adanya. Dia yang hadir dengan semua
kekonyolannya, yang selalu mampu membuatku tertawa lepas. Dia yang mampu
membuatku benar-benar menjadi diriku sendiri. Ketika aku bersamanya aku bisa
mengatakan ini “Aku ingin kentut, siniin
hidung kamu”. Atau mengkorek-korek hidungku dan memberikan hasil “kerja
kerasku” itu dibajunya lalu dia hanya akan berkata “dasar cewek jorok”. Dan aku hanya membalasnya dengan tawa yang
akan diikuti dengan senyuman diwajahnya.
Dia
sosok yang mampu memberikan “mantra-mantra” penguatannya padaku. Mengajarkan
aku bagaimana menyelesaikan masalah dengan tenang. Lalu kutemukan puzzle ke-4
kami. Saat itu, didalam rumah Tuhan kami bersama berdoa. Kami bernyanyi bersama
jemaat lainnya, dan aku menemukan puzzle keempat ketika dia menyanyi dengan
menggunakan suara Tenor. Aku teringat sekitar delapan tahun lalu, ketika kami
masih bersama dibangku sekolah menengah atas. Kelas kami bertugas untuk membawa
pujia-pujian dan aku berdiri tepat disampingnya ketika kami bernyanyi. Aku yang
dari awalnya sangat ingin belajar membagi suara ketika bernyanyi, aku selalu
mencari teman yang bisa membagi suaranya agar aku bisa mengikuti suaranya entah
itu suara Alto ataupun Tenor karena aku memiliki suara sopran dan menurutku itu
suara yang biasa saja.
Dan
saat itu aku sengaja memilih berdiri disampingnya bukan karena aku menyukainya
tapi karena aku ingin mengikuti suara Tenor miliknya. Mungkin saat itu tanpa
kusadari, aku mengakui bahwa suaranya cukup merdu untuk didengar. Dan lagi-lagi
memoriku meng-copy dan menyimpannya secara diam. Lalu aku tersenyum mengingat
akan kepingan puzzle keempat ini. “Ternyata
aku masih bisa mengingat itu semua” batinku. Suara itu yang beberapa tahun lalu
ingin kuikuti dan kini sang pemilik suara itu tepat berdiri disisiku dan
bernyanyi bersama. Aku merasa seperti sedang mengulangi masa lalu. Aku bahagia
akan itu.
Tuhan
benar-benar menuliskan scenario-Nya dengan sangat rapih. Kisah kami yang
sesungguhnya baru saja dimulai. Namun kisah ini terasa bagaikan telah berjalan
selama bertahun-tahun. Aku yang tak pernah menyangka akan jatuh cinta padanya.
Aku yang kini ingin selalu bergantung padanya. Jika mengingat semua kisah
diwaktu lalu rasanya semua yang terjadi ini begitu mustahil. Namun aku bahagia.
Dia
memang bukan sosok yang aku inginkan untuk kumiliki. Namun waktu menjelaskan
padaku bahwa dia adalah sosok yang kubutuhkan. Kedewasaannya, kesederhanaannya,
kenyamanan yang kudapatkan ketika bersamanya, pertengakaran yang kini ikut
meramaikan hubungan kami dan tawa yang selalu memenuhi hubungan kami adalah
semua yang kubutuhkan.
Waktu
masih sangat dan amat panjang. Aku yang hingga kini selalu bertanya pada diriku
sendiri “mengapa bisa mencintai dia ?” dan sangat ingin menemukan jawabannya.
Aku yang yakin bahwa akan ada kepingan-kepingan puzzle lainnya. Aku yang masih
ingin menemukan kepingan-kepingan puzzle itu. Aku harus menghabiskan banyak
waktu bersamanya. Akan ada banyak waktu yang akan kami lalui bersama. Aku ingin
menemukan jawaban atas pertanyaanku dan aku ingin menyusun kepingan demi
kepingan agar aku bisa melihat seperti apa lukisan yang sedang Tuhan siapkan
untuk kami.
Untukmu
sosok yang sedang kukisahkan. Untukmu lelaki yang kini menjadi kekasihku, jika
diperkenankan oleh-Nya, aku ingin menghabiskan banyak waktu dan menemukan
kepingan-kepingan itu bersamamu.