Diary
Dear Diary...
Seandainya aku tau dari awal kalo mencintai itu menyakitkan seperti ini, aku akan lebih memilih untuk tidak mencintai. Seandainya dari awal aku tau cinta itu tidak harus memiliki, aku akan lebih memilih untuk tidak mengenal cinta itu. Seandainya dari awal aku tau akan berakhir seperti ini, aku akan memilih untuk tidak menerimanya dalam hidupku.
Yakin bahwa setiap insan didunia memiliki cerita cintanya masing-masing. Ada yang berakhir dengan bahagia namun adapula yang berakhir dengan perpisahan.
Dan inilah kisah cintaku yang aku tak tau akan berakhir seperti apa...
Mencintai seseorang yang pernah membuatmu merasa nyaman dan membuatmu merasa dilindungi. Pernahkah kamu mencintai seseorang yang cuek dan sangat sulit ditebak ??. Aku mencintai sosok orang seperti itu.
Dia adalah seseorang yang membuatku jatuh cinta sejak pada pandangan pertama. Dia adalah orang yang membuatku ingin selalu menjadi yang terbaik dimatanya. Aku sering bertanya kenapa Tuhan bisa menciptakan makhluk seperti dia dimuka bumi ini. Sesosok makhluk yang sederhana namun selalu membuatku merasa tak ada apa-apanya dibandingin dia.
Namanya Reza, seorang cowok yang biasa aja namun memiliki sesuatu yang belum pasti dimiliki orang lain. Dia tidak setampan Brad Pitt namun dimataku kegantengannya tak dapat ditandingi siapa pun. Dia tidak sepintar Albert Einstein namun dia mampu membuatku mengerti hal-hal yang sulit kumengerti. Dia tidak sedermawan Jokowi namun perhatiannya mampu membuat semua orang menyalahartikannya.
“ Ai lagi ngetik apaan sih ?” tanya Reza yang tiba-tiba nongol dibelakangku.
“ Ah ga lagi apa-apa” jawabku ngebohong.
“ Ah masa sih ? Sini aku pengen lihat, jangan-jangan kamu nyembuiin sesuatu lagi dari aku “ ucap Reza sambil berusaha melihat apa yang sedang aku ketik.
“ Ga ada apa-apa koq ai, beneren deh ini tuh cuma artikel aku aja “ jawabku berusaha meyakinkan.
“ Bener ya ? Awas aja kalo kamu nyembunyiin rahasia dari aku “ ancam Reza sambil tersenyum.
“ Hehe..iya, mana berani aku nyembunyiin rahasia dari kamu ? Oh iya, kamu dari mana ?” tanyaku berusaha ngalihin perhatiannya.
“ Baru abis maen basket sama temen-temen tapi karna laper jadi aku kesini pengen ngajak kamu kekantin bareng “ ajak Reza.
“ Ow boleh deh, kebetulan aku juga belum sarapan tadi pagi “ aku mengiyakan ajakan Reza agar dia tak berusaha lagi melihat apa yang sedang aku buat barusan.
Aku masih ingat gimana dulu aku bisa jadian sama Reza. Butuh waktu dua tahun agar aku bisa dapetin dia. Aku harus melewati masa-masa sulitku dulu.
Masa-masa dimana untuk pertama kalinya aku ngerasain rasanya diperhatiin sama seorang cowok, ngerasain gimana sakitnya ditinggalin sama orang mulai dicinta dan gimana rasanya dikhianatin sama orang itu.
Dan setelah itu aku juga harus ngerasain gimana rasanya dikekang oleh seorang pacar yang begitu menaruh rasa sama aku. Aku harus ngelewatin semua masa itu agar dapet ngerasain indahnya memiliki seseorang yang bisa selalu ada buat aku.
“ Hei..ngelamunin apa sih ?” tanya Reza mengagetkanku.
“ Ah ga koq, ga ngelamunin apa-apa “ elakku.
“ Aku curiga jangan-jangan kamu punya gebetan baru ya ?” tebak Reza asal.
“ Iiihh..kamu apaan sih ? Ga lah”.
“ Alah bilang aja, iyakan ?”.
“ Kamu ngaco mulu, aku tu kagi mikir gimana caranya agar aku bisa membuat lanjutan artikel aku tuh menarik “ jawabku berbohong lagi.
“ Emang kamu buat artikel tentang apa sih ?” tanya Reza penuh rasa ingin tau.
“ Ada deh. This is my secret “.
“ Kamu gitu ya, udah mulai maen rahasiaan sama aku. Tapi ga pa-pa deh, nanti juga pasti aku bakal tau “.
“ Iya, kamu bakal tau koq suatu hari nanti “ ucapku. Aku bergeser lebih dekat Reza sambil berbisik “ Yang pasti ini bukan soal gebetan baru soalnya seluruh hati aku udah jadi milik kamu Za “.
“ Aku udah tau soal itu “ Reza balas berbisik. “ Semuanya udah terukir jelas dimata kamu “ lanjutnya yang membuat pipiku merona.
“ Ya udah makan dulu deh, aku kasihan lihat pipi kamu yang udah mirip tomat mateng. Hahahah....” seru Reza sambil menyuapkan sesendok bakso kemulutnya.
Sikapnya yang seperti ini yang selalu membuatku merasa tak berdaya dihadapannya. Namun aku menyukainya.
Seusai dari kantin aku dan Reza langsung berjalan menuju kelas. Aku seneng bisa sekelas dengannya. Reza adalah semangatku buat ngejalanin hari-hari yang terkadang terasa berat.
“ Pulang sekolah mau ga nemenin aku main basket dulu ?” tanya Reza diselah-selah mata pelajaran.
“ Mau tapi jangan lama ya soalnya aku lagi ada urusan” jawabku.
“ Iya ga bakal lama koq. Makasih ai. Ai Ni (cinta kamu) “ ucap Reza sambil berbisik.
“ Sama-sama ai. Ai Ni too” aku balas berbisik.
Sepulang sekolah aku menemani Reza bermain basket. Basket adalah segalanya bagi Reza, bahkan mungkin kalo disuruh milih antara aku dan basket, dia pasti bakal milih basket tapi ya udahlah ya.
Sambil nunggu Reza main basket, aku pengen ngelanjutin artikel aku tentang dia.
Dia bukan tipe cowok yang romantis yang suka ngasih ceweknya bunga, coklat atau apapun itu yang sering dilakuin kebanyakan cowok untuk kekasihnya. Dia juga bukan tipe cowok yang terbuka, yang mampu nunjukin apapun yang dia sedang dirasain.
Dia tipe cowok yang super duper cuek. Dia ga selalu nunjukin cintanya didepan umum sampai-sampai orang bakal ngira kalo dia itu cuma pengen mainin kekasihnya saja. Dia tipe cowok yang selalu nyembunyiin sikap perhatiannya dibalik sifatnya yang cuek itu.
Dia...dia adalah orang yang setia kawan. Dia bakal lebih milih temen dibandingin pacarnya sendiri. Dia bakal ngelakuin apapun untuk orang yang dia cinta namun dengan cara abstrak, yang orang lain ga bakal tau kalo dia yang ngelakuin itu.
Aku bingung kenapa bisa mencintai orang seperti dia. Terkadang nyakitin karna sering dicuekin tapi itulah yang buat dia beda. Aku mencintai semua yang ada pada dirinya. Humorisnya, amarahnya, sikap cueknya, perhatiannya dan apapun itu.
Bagiku, mencintai dia adalah anugrah. Dia anugrah terindah yang Tuhan berikan dalam hidup aku. Aku ingin selalu menjadi yang terbaik untuk dia meskipun suatu saat nanti aku tak lagi disampingnya.
“ Hah..ketahuan lagi ngetik apa hayo ?” Reza ngagetin lagi.
“ Ah kamu ngagetin aja, untung aku ga jantungan” seruku kaget.
“ Kamu tu sebenarnya lagi nulis apa sih ?” tanya Reza mulai penasaran.
“ Ada deh, ntar aku bakal nunjukin dimobil ya”.
“ Janji loh”.
“ Iya janji “ ucapku sambil ngacungin jari tengah dan telunjuk aku berbentuk huruf V.
“ Ya udah, aku ganti baju dulu ya, abis itu aku anter kamu pulang “.
“ Iya tapi sebelum pulang, kita beli minum dulu ya buat kamu”.
“ Dari ai aja deh” ucap Reza sambil berlalu.
Tatapannya selalu membuatku merasa begitu berarti. Dia adalah cinta pertama dan berharap menjadi cinta terakhirku. Senyumannya serasa menyejukkan hati namun amarahnya serasa dunia hancur. Setiap didekatnya jantungku berdetak lebih kencang, setiap didekatnya kakiku gemetar, mulutku kaku dan kepalaku tak dapat bekerja normal. Selama hidupku, aku tak pernah merasa seperti ini.
Aku selalu berharap dia selalu bahagia dengan atau tanpa aku.
Aku segera menutup leptop yang aku beri nama Diary, takut Reza dateng tiba-tiba lagi. Sambil nunggu Reza, aku menonton beberapa cowok yang masih asyik bermain basket.
“ Yuk jalan” ajak Reza yang udah berganti baju.
“ Yuk, tapi beli air dulu ya. Kamu kan belum minum” ucapku.
“ Iya”.
Hal yang paling membuatku merasa bahagia adalah ketika Reza menggenggam tanganku. Ketika dia menggenggam tanganku, aku selalu merasa menjadi cewek yang beruntung sedunia. Bisa ngerasain kehangatan dari seseorang yang mencintai kita.
“ Ngelamun lagi. Ai..ai...kamu ngelamunin apaan sih ?” tanya Reza lagi.
“ Ga ada koq, aku ga ngelamunin apa-apa “ sangkalku. “ Oh iya, kamu mau minum apa ? tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“ Air mineral aja deh”.
“ Ya udah bentar, aku beliin dulu disebrang jalan ya”.
Aku pergi untuk membeli minumannya tanpa membawa leptopku.
“ Aku penasaran juga sama apa yang tadi diketik Rahel, aku buka aja deh leptopnya “ ucap Reza pada dirinya sendiri.
Dear Diary...
Seandainya aku tau dari awal kalo mencintai itu menyakitkan seperti ini, aku akan lebih memilih untuk tidak mencintai. Seandainya dari awal aku tau cinta itu tidak harus memiliki, aku akan lebih memilih untuk tidak mengenal cinta itu. Seandainya dari awal aku tau akan berakhir seperti ini, aku akan memilih untuk tidak menerimanya dalam hidupku........
Reza membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat dan bait demi baik. Dia membaca setiap goresan tangan yang berkisah tentangnya.
Reza mengalihkan pandangannya kepadaku dari sebrang jalan sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya sambil melambaikan air mineral yang sedang aku genggam. Aku beranjak untuk menyebrangi jalan itu sambil terus melambai kepadanya, aku tak ingin ketinggalan setiap senyumannya kepadaku. Namun............
“ Rahel awas......” ucapnya padaku.
Dddduuuuaaaaarrr.....
Tubuhku menyentuh truk itu dan terpental jauh. Aku melihat Reza berlari kearahku. Raut wajah itu, raut wajah itu tak pernah aku lihat. Raut wajah ketakutan dan pucat pasi.
Kini aku tau seperti apa kisah cintaku, meskipun berakhir dengan cara yang menyakitkan seperti ini, bukan menyakitkan untukku tapi untuk dia yang telah mencintaiku dengan tulus namun aku tetap bahagia dapat memandangnya untuk yang terakhir kali.
Aku melihat dia menangis. Seseorang yang cuek itu menangis, dia menangis dihadapanku. Inikah sisi lain dari orang yang aku cintai itu ? Oh Tuhan betapa bahagianya aku dapat melihat sisi lain dari dirinya ini.
Jika dikehidupan mendatang aku diijinkan untuk mencintaimu lagi, aku akan belajar untuk menjadi seorang kekasih yang lebih baik lagi dari kehidupan ini. Trimakasih telah mengijinkan aku untuk mencintai orang seperti dia.
Dan untuk terakhir kalinya aku memandang wajahnya agar dapat aku simpan dimemoryku.
“ Trimakasih karna telah mencintaiku dengan caramu. Trimakasih telah memandangku dengan sempurna. Kamu adalah berkat dalam hidupku. Semoga dikehidupan mendatang kisah kita dapat berakhir dengan baik. Inilah aku dengan cinta darimu. Wo Ai Ni (aku cinta kamu).
