Minggu, 10 Agustus 2014

Keberadaanmu


                Banyak orang sering berkata bahwa penyesalan selalu datang terlambat. Dan kini aku mengiyakan hal itu. Ada seberkas rasa sesal didada ini. Ada sebuah rasa sesal dihati ini. Sesal yang baru kusadari kini. Sesal akan sebuah kenyataan bahwa dia memiliki tempat yang meskipun belum bisa kukatakan special. Namun dalam hati ini, dia memiliki tempat tersendiri dan aku baru menyadarinya kini setelah 21 tahun. Waktu selama itu dan aku baru menyadarinya.
                Kami sahabat, sahabat sangat lama bahkan bisa dikatakan kami ditakdirkan sejak lahir untuk bersama. Namun karena cinta buta yang kumiliki untuk seseorang yang tak pernah menganggapku ada, aku bahkan tak menyadari keberadaannya. Aku terus memandang dan mencari seseorang yang jauh disana, tanpa kusadari bahwa orang yang sebenarnya kubutuhkan ada disekitarku. Bahkan rela memberikan pundaknya kapanpun untuk sekedar bersandar.
               
                Kisahku….
                “ Kangen “ rengek Irfan.
                “ Iiih…manja banget sih “ malas meladeni rengekkannya.
                “ Citra, kamu ga kangen sama aku ?” rengeknya lagi.
                “ Kangen sih tapi ga kebangetan seperti kangennya  kamu “ jawabku  malas.
                “ Kamu tau ga sih kalo aku kangen banget sama kamu ? Kita kan udah ga ketemu setahun lebih, kamu jauh disana dan aku disini. Masa yang kangennya kebangetan cuma aku sih ?” ucapnya sambil tidur dipangkuanku.
                Kami sedang berada ditaman belakang rumah Irfan. Aku baru saja tiba dikota asalku Yogyakarta. Sejak lulus SMA setahun lalu aku memutuskan mengambil jurusan design disalah satu universitas di Jakarta. Dan semenjak itu, aku dan Irfan tak bertemu. Kami yang terbiasa bersama sejak kecil bahkan sejak lahir, untuk pertama kali berpisah dalam jangka waktu yang cukup lama. Aku dan Irfan sahabat sejak kecil bahkan mungkin sejak dikandung ibu kami masing-masing. Kami hidup dan besar dilingkungan yang sama, rumah kami hanya berhadapan dan itu membuat kami tak pernah terpisahkan.
                Bagiku perpisahan kami ini hal yang biasa, namun tidak bagi Irfan. Irfansyah Haris, nama lengkapnya  memang tak terbiasa bahkan mungkin tak bisa berada jauh dariku. Entahlah aku juga tak tau alasannya apa, mungkin karena kami telah bersama sejak kecil. Dalam dunia Irfan selalu ada aku didalamnya, Citra Indah. Dan dalam duniaku, tidak demikian. Dalam duniaku selalu ada seseorang yang kusimpan dalam diam.
                “ Kamu beneran ga kangen sama aku ?” tanya Irfan untuk kesekian kalinya.
                “ Aku kangen sama kamu Irfan tapi ga pake rengekan kayak kamu gini ” jawabku sambil membaca novel yang kubawa dari rumah.
                “ Kamu tau ga, aku saking kangennya sama kamu sampe 6 bulan setelah kamu dijakartapun dadaku serasa sesak kalo mikir kamu lagi ga disini sama aku” ucapnya.
                “ Kamu harus terbiasa dengan semua keadaan ini Fan, kamu harus belajar jauh dari aku. Kita ga mungkin seumur hidup kita  harus hidup bersama” aku mengalihkan pandanganku pada Irfan.
                “ Loh emang kenapa ?” tanya Irfan dengan wajah polos.
                “ Irfan, please deh. Kita ini udah sama-sama gede bukan anak kecil lagi, kita udah punya kehidupan sendiri sekarang. Aku mulai mengejar cita-citaku sebagai seorang designer dan kamu mengejar cita-cita kamu sebagai seorang pengusaha furniture. Suatu hari nanti kita akan sama-sama sibuk dengan pekerjaan kita dan itu akan membuat kita semakin jarang bertemu “ jelasku masih memandang tepat pada mata Irfan.
                “ Ya kita bisa aja buat janji, dalam sehari itu kita bisa bertemu. Entah dipagi hari sebelum berangkat kerja atau pada malam hari setelah pulang kerja. Aku bisa jemput kamu, aku bisa ngirim pesan singkat padamu, aku bisa nelpon kamu kapanpun bahkan jika memang kita ga bisa bertemu, kita bisa aja skype. Jaman sekarang, apa sih yang ga bisa “ ucap Irfan kelihatan serius.
                “ Bukan hanya itu Irfan. Kita memang sekarang masih bisa bersama, kapanpun kita ingin melepaskan rasa rindu, kita bisa langsung bertemu. Kapanpun kita saling membutuhkan, kita bisa saling mengisi. Disaat aku pengen meluk kamu atau kapanpun kamu pengen ngecup jidat aku, kita bisa aja ngelakuin itu “ aku menarik napas sejenak dan melanjutkan perkataanku “ Namun gimana jika suatu hari nanti akan ada sosok yang masuk dalam kehidupan kita masing-masing ? Gimana jika suatu hari nanti akan ada seorang wanita yang masuk dan mengisi tempat dihatimu ? Gimana jika suatu hari nanti akan ada seorang pria yang hadir dan memeluk aku disaat aku lelah ?. Suatu hari nanti pasti akan ada sosok-sosok itu dalam kehidupan kita. Dan disaat itu, apapun yang kita lakuin sekarang semuanya akan berubah. Kamu ga akan bisa ngecup jidatku kapanpun kamu mau dan aku ga akan bisa meluk kamu disaat aku pengen “.
                “ Ga akan ada hal yang berubah diantara kita Cit, ga akan ada. Ga akan ada sosok wanita lain dalam hidup dan hatiku selain kamu “ ucap Irfan.
                “ Kamu juga butuh sosok wanita yang bisa memberikan cinta dan perhatian yang kamu butuhkan, sosok wanita yang akan menemani kamu melewati sisa hidup kamu “ aku mencoba menjelaskannya pada Irfan.
                “ Kenapa bukan kamu saja ?” tanya Irfan sambil menatap tepat kedalam kedua bola mataku.
                Perasaanku mulai tak karuan, aku merasa sesuatu yang tak kuinginkan akan terjadi saat ini.
                “ Maksud kamu apaan sih ?” tanyaku.
                “ Citra, kenapa bukan kamu aja yang jadi sosok wanita itu ? Wanita yang memberikan cinta dan perhatian  yang kubutuhkan, sosok wanita yang menemaniku melewati sisa hidupku. Kamu telah menemaniku bahkan dari aku memulai kehidupanku, maka mengapa bukan kamu saja yang akan menemaniku melewati sisa hidup yang telah ada kamu didalamnya sejak awal. Mengapa kamu tak menemaniku hingga akhir ?” mimik wajah Irfan semakin serius.
                “ Irfan apaan sih ?” aku mulai resah.
                Irfan menggenggam tanganku “ Kenapa bukan kamu aja Citra ? Jika aku bilang, aku pengen wanita itu kamu, gimana ?” tanya Irfan.
                Aku tak mampu berkata apapun. Aku tak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Aku mengakui bahwa aku selalu tergantung pada Irfan, aku selalu membutuhkannya dalam hidupku, aku merindukan dan mencemaskannya jika dia tak disampingku, aku bahkan menyayanginya. Namun tak pernah lebih dari itu, tak pernah lebih dari sebatas seorang sahabat.
                Irfan memiliki tempatnya sendiri dalam hatiku yang takkan bisa diganti oleh siapapun. Namun dalam hatiku ada orang lain, ada sosok pria yang kusimpan dalam diam. Sosok pria yang memiliki tempat sendiri dan aku meletakkannya pada sebuah tempat yang kunamakan special. Rasa yang kumiliki pada pria itulah yang kusebut dengan cinta.  Aku mencintai pria itu, sangat mencintai pria itu namun semua itu kusimpan dalam diam. Aku tau bahwa aku tak bisa memiliki sosok itu. Namun aku tetap tak bisa menempatkan Irfan pada posisi special itu.
                “ Irfa, aku beneran ga ngerti maksud kamu “ aku berbohong, aku sangat tau apa yang ingin  diucapkan Irfan saat itu.
                Irfan semakin menggenggam tangaku erat, menatap mataku dalam. Aku bisa merasakan tanganku dingin dan sedikit gemetar.
                “ Aku ingin kamu menjadi sosok wanita yang bukan hanya menjadi seorang sahabat. Aku ingin kamu menjadi sosok wanita yang bisa kucintai dengan segenap hatiku. Aku menyayangi kamu bahkan melebihi rasa sayang pada seorang sahabat. Aku mencintai kamu Citra, sangat mencintaimu. Setahun jauh darimu, rasanya dadaku begitu sulit untuk bernafas. Aku menyadari hal ini ketika kamu jauh dariku. Jarak membuatku merasakan bahwa keberadaanmu dalam hidupku sangat berharga. Kamu bukan seperti angin yang hanya mengisi setiap kekosongan dalam diriku lalu pergi. Bagiku kamu seperti air yang bukannya mengisi kekosongan dan pergi, namun kamu mengisi dan menetap dalam kekosongan itu “ Irfan masih menatapku. Aku tak tau harus berkata apa.
                “ Aku mencintai kamu Citra. Jangan hanya jadi seorang sahabat untukku namun jadilah cinta dalam hidupku. Citra, kamu mau kan jadi pacar aku ?” tanya Irfan.
                Pertanyaan Irfan bagaikan petir disiang bolong. Menyambar dan menghanguskan hatiku. Apa yang tak ingin kudengar, telah dikatakan Irfan. Dan aku mendengarnya.
                Aku hanya diam, entah untuk berapa lama. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.
                “ Kenapa kamu hanya diam ? Aku tau ini mungkin membuat kamu kaget, namun aku tak tau harus memendam ini sampai kapan. Jika kamu butuh waktu, aku mengerti “ ucap Irfan setelah  melepas genggaman tangannya.
                Aku menarik napas  dan berkata “ Ini adalah hal yang selalu kuhindari sejak dulu. Ini adalah rasa yang tak ingin kuhadirkan dalam hubungan kita. Aku berusaha untuk tidak mencampur adukan persahabatan dan cinta dalam hubungan kita. Namun apa yang kuhindari malah terjadi saat ini. Maaf Fan, aku  hanya bisa menjadi sosok sahabat untukmu. Tidak untuk menjadi sosok yang akan menemani kamu melewati sisa hidup kamu “.
                Irfan terlihat pucat dan lemes, aku tau ini akan terjadi. Namun aku tak ingin hidup dalam kebohongan. Aku ingin jujur pada diriku sendiri dan juga pada Irfan.
                “ Aku pulang dulu “ pamitku pada Irfan. Aku beranjak pergi tanpa melihat Irfan.
                Sejak kejadian itu, kami tak bertemu selama seminggu. Waktu liburanku habis, aku harus kembali ke Jakarta dan aku masih belum berbicara pada Irfan. Irfan pun menghilang  bagaikan ditelan bumi. Aku mengerti, Irfan butuh waktu untuk sendiri.
                Aku kembali pada kegiatan kuliahku yang padat. Sejak kejadian itu, 2 bulan sudah Irfan menghilang dan tak member kabar. Awalnya, aku tak merasa sesuatu yang berarti. Namun beberapa hari ini, entah apa yang terjadi. Aku merindukan Irfan, bahkan sangat merindukannya. Entah apa yang kurasakan ini, bahkan bernafaspun terasa sesak. Aku merasakan dadaku sakit ketika teringat Irfan. Aku merindukanmu. Aku mencoba menghubunginya namun ternyata Irfan telah mengganti nomor ponselnya. Irfan menghilang begitu saja. Aku tak bisa menahan diriku lagi, aku ingin segera bertemu Irfan.  Ada hal yang harus kukatakan padanya.
                6 bulan kemudian  ketika liburan semester tiba, aku kembali ke Yogya. Satu keinginan terbesarku adalah bertemu dengan Irfan. Aku tak sabar ingin bertemu dengannya. Aku baru saja tiba dirumah, meletakkan barang-barangku dan beranjak menuju rumah Irfan. Ada sesuatu dalam dadaku yang mendesakku untuk cepat dikeluarkan.
                “ Siang tante “ sapaku pada ibu Irfan.
                “ Eh Citra. Cari Irfan ya ?” tanya tante Nani, ibu Irfan.
                “ Iya tante. Irfan ada ?” tanyaku.
                “ Irfan lagi keluar tapi paling bentar lagi udah pulng. Nunggu didalam aja “ tante Nani mempersilahkanku masuk.
                “ Iya tante, ada sesuatu yang ingin aku sampein “ ucapku sambil memasuki rumah Irfan.
                Aku sedang duduk diruang tamu ketika bunyi sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Irfan. Aku mengembangkan sebuah senyum “ Akhirnya dia dateng juga “ batinku.
                “ Citra “ sapa suara yang sangat kukenal. Irfan.
                Aku berbalik  dan langsung memeluknya “ Aku kangen “ ucapku.
                “ Fan, mau taruh dimana belanjaan ini ?” tanya seseorang.
                Aku melihat kearah suara itu berasal, seorang wanita. Irfan berbalik dan tersenyum padanya.
                “ Disitu aja “ Irfan menunjuk sebuah sofa yang ada didekat wanita itu. “ Sini deh aku kenalin sama Citra “ ucap Irfan pada wanita itu.
                “ Ririn, ini Citra sahabatku. Sahabat yang sering aku certain itu. Citra, ini Ririn pacar aku “ Irfan memperkenalkan kami.
                Saat itu entah kemana semua energy yang tadinya kumiliki. Aku serasa tak memiliki tulang lagi, tubuhku lemes. aku merasa bagaikan langit runtuh detik itu juga.
                “ Hai, aku Ririn. Akhirnya bisa bertemu kamu juga “ sapa Ririn itu.
                Aku berusaha tersenyum dan memperkenalkan diriku “ Hai, aku Citra sahabat Irfan “.
                “ Ow iya, ibu bilang ada yang ingin sampein ke aku ya ?” tanya Irfan.
                “ Eh..oh..ga ada kok. Aku cuma pengen bilang kalo aku udah nyampe soalny aku hubungi nomer kamu tapi ga aktif “ jawabku berusaha senormal mungkin.
                “ Sorry, ponselku rusak dari 6 bulan yang lalu. Kebanting sama aku “ ucap Irfan dan kulihat dia sedang menggenggam tangan wanita yang ada disampingnya itu. Ririn.
                “ Aku pulang dulu “ pamitku. Aku ingin segera pulang, aku takut energy yang tersisa pada diriku saat ini akan habis dan aku akan terjatuh didepan mereka berdua.
                “ Ow ya udah, entar aku kerumah kamu” seru Irfan.
               
                Jika aku diberikan kesempatan untuk bisa memperbaiki semua ini, apapun akan kulakukan. Aku telah melewatkan seseorang, aku telah menutup mataku dari sosok itu, aku telah mengacuhkan sebuah rasa. Aku tak pernah menyadari bahwa dia ada disekitarku. Aku terus memandang pada kejauhan disana dan berharap menemukan sosok yang kuimpikan itu. Aku tak menyadari jika dia ada didekatku, memberikan pundaknya untuk aku bersandar. Aku tak menyadari jika di ada disekitarku, menghapus airmataku. Aku tak menyadari dia disampingku, mendekapku disaat aku terpuruk. Aku menyesal karna tak pernah menyadari keberadaanmu.

Selasa, 29 April 2014

I Miss You

Semakin kucoba untuk melupakanmu
Semakin terasa sesak dada ini
Semakin kucoba untuk melupakanmu
Semakin deras airmata ini mengalir

Aku ingin berhenti
Tolong bantu aku untuk berhenti
Berhenti dari segala aktivitas untuk mengingatmu
Aku lelah...
Aku capek....
Namun aku tak tau bagaimana cara untuk berhenti

Aku kira waktu akan membantuku untuk melupakanmu
Namun waktu malah membuatku mengingatmu setiap saat
Untuk melupakan, aku harus mengingat semua tentangmu
Bukan melupakan namun merelakan
Namun aku tetap tak tau bagaimana cara merelakan itu

Maafkan aku karena merindukanmu
Maafkan aku karena masih merindukanmu
Maafkan aku karena tetap merindukanmu

Rabu, 16 April 2014

AKU MENANTI

Aku hanya melakukan apa yang ku inginkan
Aku hanya mengikuti apa yang dikatakan hatiku
Aku hanya tau cara untuk bertahan, meskipun lelah namun sungguh aku tidak tau cara untuk berhenti.
Aku hanya bisa berkhayal, suatu hari nanti ketika aku membuka mata ini, kau ada dihadapanku dengan senyum diwajahmu
Aku hanya menanti tangan itu untuk menggenggamku
Aku hanya menunggu pelukan itu, pelukan yang bisa menghangatkan dan menenangkan hatiku
Aku hanya menanti tangan itu untuk menghapus setiap airmata
Aku hanya menunggu pundak itu untuk kurebahkan kepalaku
Aku hana menanti "jangan khawatir, aku ajab selalu ada disisimu selamanya, menjagamu dan keluargamu " kamu ucapkan suatu hari nanti.
Berapa lama lagi aku harus menunggu ??
Apakah aku belum pantas untukmu ??
Aku berjanji padamu, akan membenah diriku dalam kesendirian ini, agar ketika kamu datang  padaku, aku telah layak berada disisimu.
Membuatmu sempurna dengan segala kekuranganku dan membuatku sempurna dengan semua kelebihanmu.
Aku berjanji padamu..pada kamu yang masih Tuhan rahasiakan namamu.
Aku menanti.

Kamis, 27 Maret 2014

Semakin aku memikirkanmu..aku merasa ada ribuan panah mengarah tepat di jantungku.
Aku sulit bernafas, rasanya begitu sesak.
Aku mengingatmu setiap detik dalam hidupku
Tak bisakah kau beranjak sesaat saja dari benakku ??
Aku letih dengan semua penantian ini, aku ingin mengakhiri semuanya namun aku tak bisa.
Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan semua ini.
Aku lelah, aku ingin berhenti.. namun aku tak tau bagaimana dan dari mana aku harus mulai untuk berhenti.
Tak bisakah kau berpaling sejenak saja dan memandangku.
Aku masih disana, ditempat yang sama ketika kau melepasku
Aku masih disana, tak bisakah kau memandangku ??
Aku ingin menyerah namun aku bingung seperti apa menyerah itu.
Mengapa mencintaimu begitu menyakitkan seperti ini ??
Aku memberikan semua rasa sayang yang ku miliki untukmu hingga tak tersisa sedikitpun untukku menyayangi diriku sendiri.
Bodohkah aku ??
Bodohkah aku yang mencintaimu seperti ini ??

Kamis, 20 Maret 2014



Dia Hadir Lagi

“ Kini aku merasa separuh jiwaku telah lenyap bersama kepergianmu. Kau membuatku mengerti apa itu cinta,kau mengajarkanku tentang kehidupan dengan cara yang berbeda. Aku merindukanmu saat ini dan setiap saat setelah kepergianmu.Tak ada hal yang lebih indah di dunia ini selain setiap kenangan yang kau lukiskan dalam hidupku. Kau membuatku menjadi seseorang yang berbeda dengan cara yang berbeda “  ucap Raka dalam hati sambil menatap foto orang yang paling dicintainya. Dara Diandra.
            Dara Diandra seorang gadis cantik yang mampu membuat seorang Raka berubah 180 derajat. Raka yang seorang berandalan, seorang mahasiswa dengan cap yang sangat buruk seantero kampus, diubahnya menjadi seseorang yang bijaksana dengan cara yang hebat. Entah bagaimana cara mereka dipertemukan, hanya mereka yang tahu namun satu hal yang telah menjadi rahasia umum bahwa Raka sangat mencintai Dara.
            “ Raka, makan dulu yuk “ ajakan mama membuat Raka sadar dari lamunanya.
            “ Iya ma, bentar lagi. Mama duluan aja “. Sahut Raka.
            “ Sampai kapan kamu meratapi foto ini ? Mama sedih melihat kamu seperti ini terus “ ucap mama.
            “ Sampai aku benar-benar siap ma “.
            “ Ya sudah, kamu istirahat saja “ ucap mama sambil meranjak pergi yang diikuti dengan anggukan Raka.
            “ Aku pengen tidur bersama kamu malam ini “ ucap Raka pada foto yang dipegangnya.
            Raka beranjak ke ranjang dan tidur sambil memeluk foto itu.
            “ Ka..kamu jangan sedih terus ya. Aku kan pernah janji akan selalu disamping kamu untuk hari ini, besok, besok dan besoknya lagi. Meskipun kini aku udah ga lagi disisi kamu namun aku akan selalu hidup dalam hati kamu untuk hari ini, besok., besok dan besoknya lagi. Kamu pasti mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku, karena aku telah meninggalkan bagian dari diriku untuk selalu bersama kamu. Cepet atau lambat kamu pasti menemukannya. Aku akan selalu mencintai kamu hari ini, besok, besok dan besoknya lagi karena bagiku itu adalah selamanya karena selamanya sesungguhnya tak pernah ada. Kamu tahu itu kan ??. Jaga diri kamu “
            “ Daraaaa.....” panggil  Raka. “ Ternyata itu cuma mimpi. Aku kangen kamu Dara, aku sangat amat merindukanmu dan aku juga akan selalu mencintai kamu hari ini, besok, besok dam besoknya lagi. I love u Dara ku sayang “ lanjutnya.
            Raka menatap jam weker yang berada disamping tempat tidurnya.
            “ Aahh...udah jam 6 pagi, kamu walaupun udah jauh tapi masih tetep setia ngebangunin aku diwaktu yang sama “ ucapnya pada foto itu lagi.
            “ Pagi ma, pagi pa “ sapa Raka pada kedua orangtuanya.
            “ Pagi juga sayang “ jawab mama.
            “ Pagi, ayo sarapan bareng papa “ ajak papanya.
            “ Ga ah pa, Raka buru-buru ini. Pagi ini Raka ada pertemuan dengan pengurus BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa ) dikampus. Raka duluan ya “ pamit nya.
            “ Andai saja Dara masih disini “ ucap mama sambil memandang kepergian anak semata wayangnya.
            “ Huus, ga boleh ngomong gitu ah. Kita harus ikhlas “ tegur papa.
            “ Mama ikhlas tapi mama rasa punya hutang budi sama Dara. Dia yang ngebuat anak mama seperti sekarang. Dewasa dan bijaksana “.
            “ Iya papa ngerti tapi kita bisa ngebales budi baik  Dara kok ma, cukup dengan menjaga dan memastikan Raka baik-baik saja itu udah cukup buat Dara. Papa yakin “ hibur papa Raka.
            “ Iya papa bener “.
            Telah setahun kepergian Dara. Dara meninggal karena sakit jantung bawaan yang dideritanya sejak kecil. Raka tak pernah tahu akan penyakit yang diderita kekasihnya. Dara selalu menyembunyikan penyakitnya karena dia takut Raka malu memiliki kekasih yang penyakitan.
Raka mengetahui penyakit Dara ketika suatu hari penyakitnya kambu dan harus dibawa lari ke rumah sakit. Disaat itulah mama Dara memberitahukan tentang penyakit Dara kepada Raka namun semua telah terlambat, nyawa Dara tak dapat diselamatkan. Dara meninggal didalam pelukan Raka dan bagi Raka itu adalah masa terburuk dalam hidupnya, melihat orang yang paling dicintainya menderita menjelang kepergiannya.  Ingin rasanya Raka mengambil semua rasa sakit itu agar orang yang dicintainya itu tak harus mengalami sakit itu.
“ Hey pagi bro “ sapa Tristan, sohib Raka.
“ Pagi juga. Aku belum telat kan ?? tanya Raka melihay ruanga pertemuan masih sepi.
“ Belom, tenang aja. Kamu kan tahu sendiri kalo anak buah kamu itu ngaret semua “.
“ Iya juga ya, kok aku bisa lupa kalo anak buah aku pada suka ngaret semua “ sahut Raka sambil senyum sendiri.
“ Ah itu mah kamu aja yang pikun “ ejek Tristan. “ Eh kamu udah denger ga kalo ada mahasiswi baru yang katanya cantik banget ?” tanya Tristan yang selalu menjadi orang nomor satu kalau ada mahasiswi baru dikampus mereka.
“ Aku ga tau  “ jawab Raka singkat.
“ Ya ampun responnya cuma segitu ? Parah banget ?”.
“ Trus kamu pengen respon aku gimana ?” tanya Raka.
“ Aku harap respon kamu kayak gini, oh ya ? Masa sih ? Secantik apa cewek itu ? Fakultas mana ?” Tristan memberi contoh.
“ Oh ya ? Masa sih ? Secantik apa cewek itu ? Fakultas mana ? Alamatnya dimana ? Udah punya cowok belom ?. Gitu maksud kamu ? “ tanya Raka lagi.
“ Ya ga segitunya juga kale, aku lupa mana bisa kamu tertarik ya kalo dihati kamu hanya ada Dara seorang “ ceplos Tristan membuat raut wajah Raka berubah.
            “ Maaf Ka, aku ga bermaksud gitu “ Tristan merasa bersalah.
            “ Iya ga apa, kamu bener hanya ada Dara disini “ ucap Raka sambil memegang dada . “ Seandainya dulu aku tau dia ngebutuhin jantung ini, aku pasti memberikan punyaku untuknya dan mungkin sekarang dia masih disini “.
            “ Terus abis kamu ngasih jantung kamu, kamu biarin Dara nangis setiap saat karena ga ada kamu disisinya, gitu ? “ cecar Tristan.
            “ Mendingan aku yang pergi tapi aku masih tetep bisa ngeliat dia tersenyum didunia ini “.
            “ Ternyata Dara belum mengubah kamu seutuhnya. Sikap egois kamu masih aja ada “ ucap Tristan dan pergi meninggalkan Raka sendirian diruangan itu.
            “ Morning “ sapa sebuah suara.
            “ Morning “ sahut Raka tanpa menoleh.
            “ Permisi, ak.....”.
            “ Udah masuk aja, yang lainnya lagi pada on the way “ sahut Raka lagi tanpa menoleh.
            “ Oh iya makasih “
            “ Coba deh kamu baca proposal ini, gimana pendapat kamu !” ucap Raka tanpa menoleh.
            “ Oh iya “ sahut suara itu.
            “ Menurut kamu gima......” Raka tak sempat menyelesaikan perkataannya. “ Maaf kamu siapa ? Dan sedang apa disini ?” tanya Raka kaget sekaligus bingung.
            “ Kenalin kak namaku Vanesa, Vanesa Amora. Mahasiswa Kedokteran semester 6. Aku baru pindah ke Jakarta seminggu yang lalu dan berminat bergabung bersama kakak dan yang lainnya di BEM “ ucap suara yang sedari tadi bersama Raka diruangan BEM sambil tersenyum manis dan memberikan tangannya.
            “ Hai..namaku Raka Herdiansyah, ketua BEM disini “ ucap Raka sambil meraih tangan Vanesa. “ Maaf sedari tadi aku ga nyadar kalo kamu disini, aku  kira Mira yang menjadi sekertaris BEM disini “ lanjut Raka.
            “ Oh ga pa-pa kok ka, aku malah seneng. Menurut aku proposal ini bagus, maksud dan tujuannya jelas “ Vanesa memberikan pendapat.
            “ Oh gitu ya ? Makasih atas pendapat kamu. Eh tuh yang lain udah pada dateng “.
            Selama rapat berlangsung, Vanesa tak pernah luput dari penglihatan Raka. “ Tatapan itu, senyuman itu sepertinya aku pernah memilikinya “ batin Raka. Raka tak begitu memperhatikan jalannya rapat, dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
            “ Ka, makasih ya udah nerima aku dalam BEM ini “ ucap Vanesa seusai rapat.
            “ Iya sama-sama, semoga kamu suka bergabung bersama kami “ sahut Raka. “ Ya udah, aku duluan ya “ pamit Raka.
            “ Iya ka “.
            “ Aku sangat dan amat senang bergabung bersama kakak “ ucap Vanesa dalam hati.
            Setelah pertemuan mereka diruang rapat BEM itu, Raka semakin dengan Vanesa. Mereka lebih sering bertukar ide dan saran bahkan mereka juga sering jalan dan nonton berdua.
            “ Pantes aja kamu begitu mencintai dia, dia emang spesial. Dia layak untuk dicintai “ batin Vanesa.
            “ Lagi mikirin apa sih ?” tanya Raka.
            “ Ga lagi mikirin apa-apa kok “ jawab Vanesa sambil tersenyum.
            “ Senyuman itu, dimana aku pernah melihat senyuman itu ?” batin Raka.
            “ Ceritain tentang keluarga kamu dong, aku pengen denger tentang hidup kamu “.
            “ Haha...ga ada yang spesial dari hidup aku kok. Aku punya papa, mama dan saudara kembar yang sangat aku sayang. Emang sih kami bukan kembar identik, namun entah kenapa kami selalu menyukai hal yang sama “ Vanesa mulai bercerita.
            “ Ow..kamu punya saudara kembar ? Wah pasti enak dong ? Kenalin dong !” pinta Raka.
            “ Sangat menyenangkan memiliki saudara seperti dia. Baik, tidak sombong, murah senyum, ga pernah ngeluh dan dia adalah pribadi yang kuat, sangat kuat malah, beda dengan aku “ ucap Vanesa . “ Kalau kakak mau kenalan sama kembaran aku, besok aku kenalin deh ya tapi kakak jemput aku ya ?” pinta Vanesa.
            “ Iya deh, aku penasaran seperti apa sih kembaran kamu itu. Kok kayaknya dia spesial banget ya buat kamu “.
            Malamnya....
            “ Kamu tau ga, besok aku bakal ngunjungin kamu. Kamu pasti seneng kan ? Aku bersama dia “ ucap Vanesa pada sebuah foto.
            Ditempat yang berbeda...
            “ Kamu tau ga, ada seseorang yang lagi deket sama aku. Kamu ga marah kan ? Aku bukannya ingin menghapus kamu, ga kamu ga akan terhapus dari hati aku. Ga akan pernah, namun entah kenapa aku melihat kamu ada didalam dirinya “ ucap Raka pada sebuah foto.
            Keesokannya...
            “ Maaf ya ka, nunggunya lama “ sapa Vanesa pada Raka datang untuk menjemputnya.
            “ Orangtua kamu lagi ga ada ya ?” tanya Raka.
            “ Iya papa dan mama lagi keluar kota jadinya aku sendirian deh dirumah. Yuk ka, kita berangkat keburu siang !” ajak Vanesa.
            Sepanjang perjalanan, mereka bercerita seru sekali. Mulai dari hal-hal ga penting seperti Jakarta yang setiap tahunnya banjir, kemacetan yang menjadi ciri khas jakarta hingga pada hal-hal serius seperti rencana mereka membuat pensi untuk penggalangan dana menjelang hari HIV/AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember nanti.
            “ Kita udah nyampe “ ucapan Vanesa ketika mereka tiba disebuah tempat yang tak asing lagi buat Raka.
            “ Ngapain kita kesini ?” tanya Raka tak mengerti.
            “ Ya ketemu kembaran aku dong ka “ jawab Vanesa sambil beranjak pergi.
            Raka masih berdiri mematung untuk beberapa saat sebelum mengikuti langkah Vanesa.
            Mereka berhenti disebuah nisan. Vanesa langsung meletakkan bunga yang dibawanya.
            “ Ini aku bawain kamu bunga lili kesukaan kamu. Kamu gimana kabarnya ?” ucap Vanesa pada nisan  itu.
            Raka terpaku tanpa mampu berkata-kata. Perlahan setiap kenangan itu bermunculan satu per satu dan akhirnya pertahannya pun runtuh. Dia jatuh tersungkur dan memeluk nisan yang terukirkan sebuah nama yang sangat dicintainya. Dara Diandra.
            “ Aku bawain dia buat kamu. Kamu pasti kangen kan sama dia ?” ucap Vanesa sambil memandang batu nisan yang sedang dipeluk Raka. “ Kamu bener, dari luar aja dia terlihat kuat namun sebenarnya dia rapuh. Dan kerapuhan itu hanya dia perlihatkan kepadamu “ lanjut Vanesa.
            Mendengar ucapan Vanesa, Raka menyadari sesuatu.
            “ Kamu, jadi dia....Dara ?”.
            “ Iya, dia saudara kembar aku. Dara Diandra, saudara yang sangat mencintaiku melebihi dirinya sendiri. Dia saudaraku yang rela memberikan aku segalanya bahkan matanya sekalipun “ Vanesa mulai menangis.
            “ Maksud kamu ?” tanya Raka tak mengerti.
            “ Sewaktu lahir, aku dan Diandra cacat. Diandra mengidap penyakit jantung bawaan sedangkan aku buta. Diandra yang dapat melihat segalanya, menjadi mata untukku. Dia selalu menceritakan apa yang dia lihat dan dia alami seharian disekolah karena aku hanya dapat dirumah dengan guru privat yang dikhususkan untuk orang buta “ Vanesa menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya lagi.
            “ Tapi Diandra ga pernah cerita padaku tentang kamu “.
            “ Aku yang memintanya untuk tak menceritakan tentang aku sama kamu. Aku ga mau karena aku rasa simpatik kamu kepada Diandra berkurang karena Diandra memiliki saudara yang buta. Namun, Diandra selalu bercerita tentang kamu kepadaku. Dia berkata dia ga tau kenapa bisa mencintai kamu yang seorang berandalan. Katanya dalam diri kamu, ada sesuatu yang tersembunyi dibalik sikap kamu yang berandalan itu, ketulusan yang tersembunyi disana. Dia pernah melihat kamu memberikan makan anak-anak jalanan dari uang jajan kamu, sejak itu dia jatuh cinta sama kamu” Vanesa mulai bercerita.
            “ Lalu tadi kamu bilang memberikan mata, maksudnya apa ?” tanya Raka penasaran.
            “ Shaking cintanya yang begitu besar padaku, dia rela pergi dengan organ tubuh yang tak lengkap. Sebelum meninggal, Diandra minta agar kornea matanya diberikan padaku karena dia tau selama ini papa dan mama selalu berusaha mencari kornea mata yang cocok untukku namun tak menemukannya “ jelas Vanesa.
              Pantesan jika menatap mata kamu, aku selalu merasa memiliki sesuatu dimata kamu. Kini aku tau apa, aku memiliki tatapan itu. Tatapan tulus yang dimiliki Diandra “ ucap Raka sambil menatap nisan Diandra. “ Makasih atas cinta yang begitu besar dan tulus yang telah kamu berikan sama aku. Kamu emang pergi, namun kamu ga bener-bener pergi. Kamu ninggalin sesuatu dari kamu yang dapat selalu membuat aku ingat sama kamu “ ucap Raka.
            “ Ndra, makasih ya atas penglihatan yang kamu beriin sama aku. Berkat kamu, aku dapat melihat dunia yang selama bertahun-tahun hanya dapat aku ketahui dari cerita-cerita kamu”.
            “ Ini ada surat yang diberikan Diandra sebelum dia pergi, buat kamu “ seru Vanesa sambil memberikan sepucuk surat yang dibungkusi amplop pink bergambar bungan lili.
            Sesegera mungkin Raka membuka surat itu dan membacanya.
            Untuk kamu yang aku cintai...
            Ka Raka...aku merindukan panggilan itu. Panggilan yang pertama kali aku ucapin saat bertemu kamu. Aku mencintai kamu, kamu pasti tau itu. Maaf, aku meninggalkan kamu dengan cara seperti ini namun ini lebih baik. Aku ga pengen melihat airmata kamu disaat aku menutup mata karena aku tau mata ini tak benar-benar tertutup, mata ini akan terbuka kembali untuk melihat senyumanmu.
            Raka...dan aku ingin selalu memanggil nama itu. Nama yang telah membuat aku jatuh cinta. Berjanjilah padaku,kamu akan hidup bahagia karena aku ingin terus melihat senyuman itu dengan mata ini. Aku menitipkan bagian dari tubuhku untuk menemanimu. Aku pernah berjanji takkan pernah meninggalkan kamu, dan aku tepati janji itu. Aku emang pergi namun aku ga bener-bener pergi karena aku ada didalam diri Vanesa. Aku titipkan Vanesa padamu, jagalah dia seperti kamu menjaga aku. Aku tau aku bisa mengandalkan kamu. Jagalah Vanesa untukku, karena aku ingin selalu melihat kamu bahagia melalui mata itu.

            Cinta...akhirnya aku ingin selalu melihat dan mendengar kamu mengucapkan kata itu. Kata yang tak pernah bosan kamu ucapkan untukku. Aku selalu mencintai kamu hari ini, besok, besok dan besoknya lagi.
            Aku yang kini hidup didalam diri Vanesa.
            Seusai membaca surat itu, Raka langsung mengecup nisan Diandra dan berkata “ Aku juga mencintai kamu be....”.
            “ Besok, besok dan besoknya lagi karna bagi KITA itu adalah selamanya “ sambung Vanesa membuat Raka terkejut.
            “ Kamu juga tau ?” tanya Raka.
            “ Iya, itu yang selalu Diandra katakan padaku “ jawab Vanesa sambil tersenyum.
            “ Tatapan itu, mata itu dan senyum itu. Aku tau kamu ga bener-bener ninggalin aku “ batin Raka sambil tersenyum.