Keberadaanmu
Banyak orang sering berkata bahwa penyesalan
selalu datang terlambat. Dan kini aku mengiyakan hal itu. Ada seberkas rasa
sesal didada ini. Ada sebuah rasa sesal dihati ini. Sesal yang baru kusadari
kini. Sesal akan sebuah kenyataan bahwa dia memiliki tempat yang meskipun belum
bisa kukatakan special. Namun dalam hati ini, dia memiliki tempat tersendiri
dan aku baru menyadarinya kini setelah 21 tahun. Waktu selama itu dan aku baru
menyadarinya.
Kami sahabat, sahabat sangat
lama bahkan bisa dikatakan kami ditakdirkan sejak lahir untuk bersama. Namun karena
cinta buta yang kumiliki untuk seseorang yang tak pernah menganggapku ada, aku
bahkan tak menyadari keberadaannya. Aku terus memandang dan mencari seseorang
yang jauh disana, tanpa kusadari bahwa orang yang sebenarnya kubutuhkan ada
disekitarku. Bahkan rela memberikan pundaknya kapanpun untuk sekedar bersandar.
Kisahku….
“ Kangen “ rengek Irfan.
“ Iiih…manja
banget sih “ malas meladeni rengekkannya.
“
Citra, kamu ga kangen sama aku ?” rengeknya lagi.
“
Kangen sih tapi ga kebangetan seperti kangennya kamu “ jawabku
malas.
“ Kamu
tau ga sih kalo aku kangen banget sama kamu ? Kita kan udah ga ketemu setahun
lebih, kamu jauh disana dan aku disini. Masa yang kangennya kebangetan cuma aku
sih ?” ucapnya sambil tidur dipangkuanku.
Kami
sedang berada ditaman belakang rumah Irfan. Aku baru saja tiba dikota asalku
Yogyakarta. Sejak lulus SMA setahun lalu aku memutuskan mengambil jurusan
design disalah satu universitas di Jakarta. Dan semenjak itu, aku dan Irfan tak
bertemu. Kami yang terbiasa bersama sejak kecil bahkan sejak lahir, untuk
pertama kali berpisah dalam jangka waktu yang cukup lama. Aku dan Irfan sahabat
sejak kecil bahkan mungkin sejak dikandung ibu kami masing-masing. Kami hidup
dan besar dilingkungan yang sama, rumah kami hanya berhadapan dan itu membuat
kami tak pernah terpisahkan.
Bagiku
perpisahan kami ini hal yang biasa, namun tidak bagi Irfan. Irfansyah Haris,
nama lengkapnya memang tak terbiasa
bahkan mungkin tak bisa berada jauh dariku. Entahlah aku juga tak tau alasannya
apa, mungkin karena kami telah bersama sejak kecil. Dalam dunia Irfan selalu
ada aku didalamnya, Citra Indah. Dan dalam duniaku, tidak demikian. Dalam duniaku
selalu ada seseorang yang kusimpan dalam diam.
“ Kamu
beneran ga kangen sama aku ?” tanya Irfan untuk kesekian kalinya.
“ Aku
kangen sama kamu Irfan tapi ga pake rengekan kayak kamu gini ” jawabku sambil
membaca novel yang kubawa dari rumah.
“ Kamu
tau ga, aku saking kangennya sama kamu sampe 6 bulan setelah kamu dijakartapun
dadaku serasa sesak kalo mikir kamu lagi ga disini sama aku” ucapnya.
“ Kamu
harus terbiasa dengan semua keadaan ini Fan, kamu harus belajar jauh dari aku. Kita
ga mungkin seumur hidup kita harus hidup
bersama” aku mengalihkan pandanganku pada Irfan.
“ Loh
emang kenapa ?” tanya Irfan dengan wajah polos.
“
Irfan, please deh. Kita ini udah
sama-sama gede bukan anak kecil lagi, kita udah punya kehidupan sendiri sekarang.
Aku mulai mengejar cita-citaku sebagai seorang designer dan kamu mengejar
cita-cita kamu sebagai seorang pengusaha furniture. Suatu hari nanti kita akan
sama-sama sibuk dengan pekerjaan kita dan itu akan membuat kita semakin jarang
bertemu “ jelasku masih memandang tepat pada mata Irfan.
“ Ya
kita bisa aja buat janji, dalam sehari itu kita bisa bertemu. Entah dipagi hari
sebelum berangkat kerja atau pada malam hari setelah pulang kerja. Aku bisa
jemput kamu, aku bisa ngirim pesan singkat padamu, aku bisa nelpon kamu
kapanpun bahkan jika memang kita ga bisa bertemu, kita bisa aja skype. Jaman sekarang, apa sih yang ga
bisa “ ucap Irfan kelihatan serius.
“ Bukan
hanya itu Irfan. Kita memang sekarang masih bisa bersama, kapanpun kita ingin
melepaskan rasa rindu, kita bisa langsung bertemu. Kapanpun kita saling
membutuhkan, kita bisa saling mengisi. Disaat aku pengen meluk kamu atau
kapanpun kamu pengen ngecup jidat aku, kita bisa aja ngelakuin itu “ aku
menarik napas sejenak dan melanjutkan perkataanku “ Namun gimana jika suatu
hari nanti akan ada sosok yang masuk dalam kehidupan kita masing-masing ?
Gimana jika suatu hari nanti akan ada seorang wanita yang masuk dan mengisi
tempat dihatimu ? Gimana jika suatu hari nanti akan ada seorang pria yang hadir
dan memeluk aku disaat aku lelah ?. Suatu hari nanti pasti akan ada sosok-sosok
itu dalam kehidupan kita. Dan disaat itu, apapun yang kita lakuin sekarang
semuanya akan berubah. Kamu ga akan bisa ngecup jidatku kapanpun kamu mau dan
aku ga akan bisa meluk kamu disaat aku pengen “.
“ Ga
akan ada hal yang berubah diantara kita Cit, ga akan ada. Ga akan ada sosok
wanita lain dalam hidup dan hatiku selain kamu “ ucap Irfan.
“ Kamu
juga butuh sosok wanita yang bisa memberikan cinta dan perhatian yang kamu
butuhkan, sosok wanita yang akan menemani kamu melewati sisa hidup kamu “ aku
mencoba menjelaskannya pada Irfan.
“
Kenapa bukan kamu saja ?” tanya Irfan sambil menatap tepat kedalam kedua bola
mataku.
Perasaanku
mulai tak karuan, aku merasa sesuatu yang tak kuinginkan akan terjadi saat ini.
“
Maksud kamu apaan sih ?” tanyaku.
“
Citra, kenapa bukan kamu aja yang jadi sosok wanita itu ? Wanita yang
memberikan cinta dan perhatian yang
kubutuhkan, sosok wanita yang menemaniku melewati sisa hidupku. Kamu telah
menemaniku bahkan dari aku memulai kehidupanku, maka mengapa bukan kamu saja
yang akan menemaniku melewati sisa hidup yang telah ada kamu didalamnya sejak
awal. Mengapa kamu tak menemaniku hingga akhir ?” mimik wajah Irfan semakin
serius.
“ Irfan
apaan sih ?” aku mulai resah.
Irfan
menggenggam tanganku “ Kenapa bukan kamu aja Citra ? Jika aku bilang, aku
pengen wanita itu kamu, gimana ?” tanya Irfan.
Aku tak
mampu berkata apapun. Aku tak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Aku mengakui
bahwa aku selalu tergantung pada Irfan, aku selalu membutuhkannya dalam
hidupku, aku merindukan dan mencemaskannya jika dia tak disampingku, aku bahkan
menyayanginya. Namun tak pernah lebih dari itu, tak pernah lebih dari sebatas
seorang sahabat.
Irfan
memiliki tempatnya sendiri dalam hatiku yang takkan bisa diganti oleh siapapun.
Namun dalam hatiku ada orang lain, ada sosok pria yang kusimpan dalam diam. Sosok
pria yang memiliki tempat sendiri dan aku meletakkannya pada sebuah tempat yang
kunamakan special. Rasa yang kumiliki pada pria itulah yang kusebut dengan
cinta. Aku mencintai pria itu, sangat
mencintai pria itu namun semua itu kusimpan dalam diam. Aku tau bahwa aku tak
bisa memiliki sosok itu. Namun aku tetap tak bisa menempatkan Irfan pada posisi
special itu.
“ Irfa,
aku beneran ga ngerti maksud kamu “ aku berbohong, aku sangat tau apa yang
ingin diucapkan Irfan saat itu.
Irfan
semakin menggenggam tangaku erat, menatap mataku dalam. Aku bisa merasakan
tanganku dingin dan sedikit gemetar.
“ Aku
ingin kamu menjadi sosok wanita yang bukan hanya menjadi seorang sahabat. Aku ingin
kamu menjadi sosok wanita yang bisa kucintai dengan segenap hatiku. Aku menyayangi
kamu bahkan melebihi rasa sayang pada seorang sahabat. Aku mencintai kamu
Citra, sangat mencintaimu. Setahun jauh darimu, rasanya dadaku begitu sulit
untuk bernafas. Aku menyadari hal ini ketika kamu jauh dariku. Jarak membuatku
merasakan bahwa keberadaanmu dalam hidupku sangat berharga. Kamu bukan seperti
angin yang hanya mengisi setiap kekosongan dalam diriku lalu pergi. Bagiku kamu
seperti air yang bukannya mengisi kekosongan dan pergi, namun kamu mengisi dan
menetap dalam kekosongan itu “ Irfan masih menatapku. Aku tak tau harus berkata
apa.
“ Aku
mencintai kamu Citra. Jangan hanya jadi seorang sahabat untukku namun jadilah
cinta dalam hidupku. Citra, kamu mau kan jadi pacar aku ?” tanya Irfan.
Pertanyaan
Irfan bagaikan petir disiang bolong. Menyambar dan menghanguskan hatiku. Apa yang
tak ingin kudengar, telah dikatakan Irfan. Dan aku mendengarnya.
Aku
hanya diam, entah untuk berapa lama. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku
sendiri.
“
Kenapa kamu hanya diam ? Aku tau ini mungkin membuat kamu kaget, namun aku tak
tau harus memendam ini sampai kapan. Jika kamu butuh waktu, aku mengerti “ ucap
Irfan setelah melepas genggaman
tangannya.
Aku
menarik napas dan berkata “ Ini adalah
hal yang selalu kuhindari sejak dulu. Ini adalah rasa yang tak ingin kuhadirkan
dalam hubungan kita. Aku berusaha untuk tidak mencampur adukan persahabatan dan
cinta dalam hubungan kita. Namun apa yang kuhindari malah terjadi saat ini.
Maaf Fan, aku hanya bisa menjadi sosok
sahabat untukmu. Tidak untuk menjadi sosok yang akan menemani kamu melewati sisa
hidup kamu “.
Irfan
terlihat pucat dan lemes, aku tau ini akan terjadi. Namun aku tak ingin hidup
dalam kebohongan. Aku ingin jujur pada diriku sendiri dan juga pada Irfan.
“ Aku
pulang dulu “ pamitku pada Irfan. Aku beranjak pergi tanpa melihat Irfan.
Sejak
kejadian itu, kami tak bertemu selama seminggu. Waktu liburanku habis, aku
harus kembali ke Jakarta dan aku masih belum berbicara pada Irfan. Irfan pun
menghilang bagaikan ditelan bumi. Aku mengerti,
Irfan butuh waktu untuk sendiri.
Aku
kembali pada kegiatan kuliahku yang padat. Sejak kejadian itu, 2 bulan sudah
Irfan menghilang dan tak member kabar. Awalnya, aku tak merasa sesuatu yang
berarti. Namun beberapa hari ini, entah apa yang terjadi. Aku merindukan Irfan,
bahkan sangat merindukannya. Entah apa yang kurasakan ini, bahkan bernafaspun
terasa sesak. Aku merasakan dadaku sakit ketika teringat Irfan. Aku merindukanmu.
Aku mencoba menghubunginya namun ternyata Irfan telah mengganti nomor ponselnya.
Irfan menghilang begitu saja. Aku tak bisa menahan diriku lagi, aku ingin
segera bertemu Irfan. Ada hal yang harus
kukatakan padanya.
6 bulan
kemudian ketika liburan semester tiba,
aku kembali ke Yogya. Satu keinginan terbesarku adalah bertemu dengan Irfan.
Aku tak sabar ingin bertemu dengannya. Aku baru saja tiba dirumah, meletakkan
barang-barangku dan beranjak menuju rumah Irfan. Ada sesuatu dalam dadaku yang
mendesakku untuk cepat dikeluarkan.
“ Siang
tante “ sapaku pada ibu Irfan.
“ Eh
Citra. Cari Irfan ya ?” tanya tante Nani, ibu Irfan.
“ Iya
tante. Irfan ada ?” tanyaku.
“ Irfan
lagi keluar tapi paling bentar lagi udah pulng. Nunggu didalam aja “ tante Nani
mempersilahkanku masuk.
“ Iya
tante, ada sesuatu yang ingin aku sampein “ ucapku sambil memasuki rumah Irfan.
Aku
sedang duduk diruang tamu ketika bunyi sebuah mobil memasuki pekarangan rumah
Irfan. Aku mengembangkan sebuah senyum “ Akhirnya dia dateng juga “ batinku.
“ Citra
“ sapa suara yang sangat kukenal. Irfan.
Aku
berbalik dan langsung memeluknya “ Aku
kangen “ ucapku.
“ Fan,
mau taruh dimana belanjaan ini ?” tanya seseorang.
Aku
melihat kearah suara itu berasal, seorang wanita. Irfan berbalik dan tersenyum
padanya.
“
Disitu aja “ Irfan menunjuk sebuah sofa yang ada didekat wanita itu. “ Sini deh
aku kenalin sama Citra “ ucap Irfan pada wanita itu.
“
Ririn, ini Citra sahabatku. Sahabat yang sering aku certain itu. Citra, ini
Ririn pacar aku “ Irfan memperkenalkan kami.
Saat
itu entah kemana semua energy yang tadinya kumiliki. Aku serasa tak memiliki
tulang lagi, tubuhku lemes. aku merasa bagaikan langit runtuh detik itu juga.
“ Hai,
aku Ririn. Akhirnya bisa bertemu kamu juga “ sapa Ririn itu.
Aku
berusaha tersenyum dan memperkenalkan diriku “ Hai, aku Citra sahabat Irfan “.
“ Ow
iya, ibu bilang ada yang ingin sampein ke aku ya ?” tanya Irfan.
“
Eh..oh..ga ada kok. Aku cuma pengen bilang kalo aku udah nyampe soalny aku
hubungi nomer kamu tapi ga aktif “ jawabku berusaha senormal mungkin.
“
Sorry, ponselku rusak dari 6 bulan yang lalu. Kebanting sama aku “ ucap Irfan
dan kulihat dia sedang menggenggam tangan wanita yang ada disampingnya itu. Ririn.
“ Aku
pulang dulu “ pamitku. Aku ingin segera pulang, aku takut energy yang tersisa
pada diriku saat ini akan habis dan aku akan terjatuh didepan mereka berdua.
“ Ow ya
udah, entar aku kerumah kamu” seru Irfan.
Jika aku diberikan kesempatan untuk bisa
memperbaiki semua ini, apapun akan kulakukan. Aku telah melewatkan seseorang,
aku telah menutup mataku dari sosok itu, aku telah mengacuhkan sebuah rasa. Aku
tak pernah menyadari bahwa dia ada disekitarku. Aku terus memandang pada
kejauhan disana dan berharap menemukan sosok yang kuimpikan itu. Aku tak menyadari jika
dia ada didekatku, memberikan pundaknya untuk aku bersandar. Aku tak menyadari
jika di ada disekitarku, menghapus airmataku. Aku tak menyadari dia
disampingku, mendekapku disaat aku terpuruk. Aku menyesal karna tak pernah
menyadari keberadaanmu.