Kamis, 19 September 2013


Cinta Untukmu
aku kangen kamu
 

                Pernahkah kalian merasakan cinta yang mampu membuat kalian menjadi lebih baik ? Pernahkah kalian mencintai seseorang hingga membuat kalian ingin menjadi seseorang yang lebih baik lagi ?
                Dia adalah seorang wanita yang dengan tulus mencintai seorang lelaki. Seorang lelaki yang pernah hadir menjadi pelindung dan tempat untuk bersandar disaat lelah.
                Akan kuceritakan kepada kalian tentang wanita itu.
                Frederika Siska. Iya dialah wanita itu. Wanita yang mencintai dalam sakit, wanita yang mencintai dalam air mata.

                “ Hey Rika, lagi ngapain ?” tanya Rahel yang entah datang sejak kapan.
                Rahel adalah salah satu sahabatku. Aku memiliki 5 sahabat yang memiliki sikap yang sangat berbeda. Rahel, seorang yang cerewet, dibisa berceloteh berjam-jam tanpa jeda jika dia memiliki sebuah informasi baru. Entah gossip mengenai artis ataupun tentang ilmu pengetahuan, dengan senang hati dia akan membagikan kepada siapapun yang ingin mendengarnya. Namun terkadang sifat plin-plannya kumat, jika saat ini dia pengennya begini tapi lima menit kemudian bisa saja berubah. Tapi dibalik semua itu dia adalah sahabat yang paling care diantara kami.
                Cici dan Vhani, kedua orang ini adalah yang paling dewasa diantara kami. Mereka berdua selalu memiliki nasehat dan masukan yang  sangat membantu jika diantara kami ada yang sedang memiliki masalah. Dan aku selalu nyaman jika menceritakan semua masalahku kepada mereka.
                Dan jika aku memiliki sahabat Cici dan Vhani yang dewasa. Aku juga memiliki sahabat yang paling sabar. Vey dan Mika. Ya mereka adalah sahabat yang paling sabar diantara kami.
                Dan aku bangga memiliki sahabat seperti mereka. J
                “ Hey ngelamunin apa sih ?” tanya Rahel lagi dan kali ini mampu membuatku sangat terkejut. Entah sejak kapan dia masuk dikamarku ini.
                “ Eh..iya..ada apa Hel ?” aku balik bertanya.
                “ Aku nanya kamu lagi ngapain tapi kamu malah ngelamun ga jelas gitu “.
                “ Iya maaf. Aku ga lagi ngelamunin apa-apa kok. Cuma lagi mikirin judul buat proposal nanti “ jelasku.
                “ Yaelah masih juga semester depan konsul judulnya, ga perlu ribet gitu kale “ sergah Rahel.
                Ini nih Rahel, dia selalu bias santai dalam menghadapi apapun padahal semester depan kurang ngitung bulan aja. Toh belum tentu sekali masukin judul langsung diterimakan.
                “ Iya Rahel, aku tau kok cuma ga ada salahnya kan kalo kita nyari dari sekarang. Lagipula semester depan kurang ngitung bulan loh, terus belum pasti juga sekali kamu masukin judul langsung diterima. Kamu lupa ya kalo ka Cika harus masukin 45 judul ga diterima dan nanti judul ke-46 baru bias diterima. Jadi ga segampang yang kamu pikir “ jelasku pada Rahel yang sedang asyiknya minum jus jeruk yang dibuatnya.
                “ Iya aku tau kok, aku juga ingat soal judul yang dimasukin ka Cika itu. Tapi kalo segala sesuatu sejak awalnya kamu mikirin bakalan sulit maka nantinya bakal terasa sangat sulit jika kamu ngerjainnya, so keep slow aja. Slowly but surely “ ucap Rahel panjang lebar dan ditutupi dengan kerlingan mata centilnya padaku.
                Aku hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatku ini.
                “ Iya sih tapi tetep aja aku pengen nyari dari sekarang “.
                “ Itu tuh kebiasaan kamu. Segala sesuatu selalu dianggap sulit sejak awalnya jadi ngejalaninnya juga terasa sulit. Ya ga jauh beda sih dari Riko “.
                “ Loh kok nyambungnya ke Riko sih, apa hubungannya “ tanyaku bingung sekaligus merasa sesuatu telah menggelitik hatiku.
                “ Iya dong. Kamu tau ga kenapa sampe sekarang, setelah sekian tahun kamu masih aja tetep ingat dia, masih aja sayang sama dia padahal dia aja ga peduli sama kamu. Itu semua karn…..”
                “ Kamu apaan sih, ngapain coba ngomongin soal dia ? Aku ga suka !” aku memotong perkataan Rahel. Merasa Rahel seperti sedang mengorek luka yang mulai mongering. Sakit
                “ Loh emang kenapa, emang iya kok. Kamu tau ga kenapa kamu sulit banget ngelupain dia “ Rahel mengambil jeda dan aku hanya diam. “ Itu semua karna sejak awalnya kamu udah judge diri kamu khususnya hati kamu, jika kamu bakalan sulit ngelupain dia makanya dalam ngejalaninpun kamu sulit buat ngelupain dia “.
                Aku hanya diam, tak tau harus mengatakan apa.
                “ Rika, please forget him. Ini udah hampir empat tahun dan selama itu kamu ga pernah sekalipun membuka hati kamu untuk orang lain. Kamu ga pernah ngijinin siapapun untuk nyentuh hati kamu, kamu juga harus bahagia “ kata-kata Rahel membuat pelupuk mataku panas.
                Aku hanya terdiam.
                “ Hey lagu ngebicarain apa sih, kok kayaknya serius banget sih ?” tanya Vhani yang baru saja menyelesaikan tugas proposalnya.
                “ Ga pa-pa, aku cuma lagi ngasih masukan buat Rika soal Riko “ jelas Rahel.
                 Vhani mengambil tempat tepat disampingku. Aku memalingkan wajahku, tak mau dia tau jika sebentar lagi pipiku bakal basah karena air mata yang telah mengantri dipelupuk mataku.
                Vhani menyentuh bahuku “ Ka, kalo pengen nangis, ya nangis aja. Ga pa-pa kok. Kamu bukan malaikat yang selalu kuat buat nahan semua rasa sakit itu. Kamu juga manusia, wajar kok jika sometimes kamu nangis “.
                Aku balik memandang wajah Vhani dan air mata yang sejak tadi kutahan perlahan mulai membasahi pipiku. Vhani menarikku dan memelukku. Aku paling benci dengan kondisi seperti ini, kondisi dimana aku harus terlihat lemah didepan orang lain sekalipun orang lain itu adalah sahabat-sahabatku.
                Aku menangis, entah kapan terakhir kali aku menanngis seperti ini. Menangis dengan alas an dan rasa yang saat ini muncul lagi dipermukaan. Setelah hampir tiga tahun lebih, aku memendam semua rasa ini, semua sakit ini, semua air mata ini hanya untukku sendiri. Hanya untuk melindungi hatiku. Tak mau menangis akan hal yang sama namun mala mini rasanya semua itu kembali ke permukaan.
                Luka itu belum kering seutuhnya bahkan mungkin belum kering. Hanya aku yang menganggapnya telah kering.
                Tanpa kusadari, aku menangis sejadinya didalam pelukan sahabatku Vhani.
                Tuhan, mengapa sakitnya masih terasa sama. Rasanya baru kemarin aku kehilangan Riko karena kebodohanku.
                “ Aku hanya belum mampu, aku hanya masih takut “ ucapku dalam sela tangisan.
                “ Iya kita tau kok. Rahel bukannya pengen ngungkit apa yang telah berusaha kamu pendem, dia cuma pengen kamu bangkit Ka. Ini udah hampit empat taon dan kamu masih gitu-gitu aja. Masih dengan semua rasa buat dia yang dia sendiri tak menyadarinya bahkan mungkin takkan pernah menyadarinya. Ngapai kamu bertahan seperti ini ?” seru Vhani sambil membelai rambutku.
                “ Ka, aku minta maaf aku ga bermaksud ngungkit semua rasa sakit itu. Aku hanya ga mu kamu terluka terlalu lama. Itu aja “ Rahel sambil maju dan memelukku.
                “ Aku tau kalian sayang sama aku. Aku juga tau jika kalian ga mau aku terus gini tapi aku juga pengen ngelupain semua. Kalian ga tau bahwa untuk melupakan Riko, aku harus mengingat semua kenangan tentang Riko dan semua itu membuatku semakin sakit. Jadi aku putuskan untuk tidak melupakannya, aku hanya akan menyimpan semua rasa sayang ini disebuah sudut dihatiku tanpa harus aku berusaha nyari suatu hari nanti dengan gitu bias aja ngilang gitu aja. Namun disaat aku bener-bener lupa maka dengan sendiri aku akan menemukannya lagi dan aku akan merasa rindu untuk membukanya “ ucapku panjang mengungkapkan apa yang kurasa selama ini.
                “ Kami ngerti, tapi kan bisa aja untuk menyimpan semua itu kamu butuh seseorang yang bisa ngebuat kamu sibuk dan takkan menemukan rasa itu lagi “ sambung Vhani.
                Aku melepaskan pelukkan Vhani untuk mengambil tisu “ Entahlah, terkadang aku ingin namun aku takut disaat aku telah disibukkan oleh rasa yang baru itu, dia malah datang kembali. Disaat aku pengen ngebuka hatiku, saat itu hatiku akan memberikan alarm peringatan. Bagaimana jika disaat itu, Riko tiba-tiba ngebutuhin aku, gimana jika Riko ngebutuhin aku, gimana jika Riko sakit dan aku tak bisa memberikan apa yang dia inginkan. Maka aku putuskan untuk tetap seperti ini sehingga kapanpun dia ngebutuhin, aku selalu bisa ada untuknya tanpa harus menyakiti hati yang lain “ ucapku sambil mengambil tempat untuk bersandar. Entahlah, tiba-tiba aku merasa lemes.
                “ Aku kangen kamu Ko. Setiap saat dalam hidupku, entah kenapa hatiku tak pernah mengijinkan aku untuk benar-benar menyimpan kamu disebuah sudut didasar hatiku. Terkadang aku lelah namun entah dari mana semua kekuatan ini datang untuk membuatku bertahan selama ini. Aku kangen kamu Riko, kamu bahagia sekarang ?   lirih batinku.
                Vhani mengelus pundakku “ Hati tau yang terbaik untuk pemiliknya. Mungkin saat ini hati kamu masih nyaman dengan semua ini meskipun sakit, mungkin dia tau suatu saat nanti ada sesuatu yang mampu membuat kamu untuk benar-benar menyimpan semua kenangan kalian tanpa harus ditemukan lagi. Namun jika ditemukan kembali, semoga disaat itu kamu hanya akan menggunakannya sebagai pajangan bahwa kamu pernah memilikinya “ kata Vhani sambil tersenyum padaku.
                “ Hel, kamu tau kenapa aku pengen cepet-cepet nyari judul ?” tanyaku pada Rahel yang sedang menatapku dengan lembut.
                “ Biar kamu bisa cepet konsul dan nyusunkan ?” tanya Rahel balik sambil tersenyum.
                “ Itu alasan kedua “ jawabku sambil tersenyum.
                 Alasan pertama ?” tanya Rahel lagi.
                Aku menunduk, menarik napas sebentar dan menjawab “ Aku pengen ngebuktiin sama Riko jika rasa sayang yang aku miliki buat dia mampu membuat aku menjadi lebih baik. Aku pengen ngebuat dia bangga karena aku pernah menjadi bagian dalam hidupnya. Dan selain untuk keluargaku, aku juga pengen mempersembahkan ijasahku untuk Riko sebagai tanda terimakasih karena dia udah ngajarin banyak hal kepadaku secara tak langsung. Dia ngajarin aku untuk terus berusaha dan tak gampang menyerah, dia ngajarin aku untuk selalu percaya sama kata hatiku meskipun menyakitkan “. Aku menarik napas yang sangat dalam dan melanjutkan “Dia ngajarin aku bahwa dewasalah dalam berpikir,berkata dan bertindak. Dia membuatku untuk berpikir sebelum mengambil keputusan “. Aku diam agak lama “ Dan yang paling penting, tanpa dia sadari dia telah ngajarin aku gimana carany mencintai yang tulus “ aku mengakhiri semua alasanku dengan sebuah hembusan nafas yang membuatku tersenyum.
                Vhani dan Rahel saling berpandang dan tersenyum. Mereka maju dan memelukku.
                “ Kita yakin suatu saat nanti kamu bakal dapet seseorang yang dapat membayar semua perasaan kamu ini “ ucap Vhania sambil mengelus pundakku.
                “ Iya Rika, toh kan masih ada aku, Vhani, Cici, Mika dan Vey kan. Kami selalu ada kapanpun kamu butuhin “ sambung Rahel.
                “ Oh iya, Cici, Vey, Mika kemana ? Kok ga kelihatan ?” tanyaku masih didalam pelukan kedua sahabatku.
                “ Udah pada mimpi indah semuanya “ jawab Rahel.
                “ Ow gitu. Makasih ya udah mau dengerin curhatan aku malam ini “.
                “ Iya sama-sama. Kita Best Friends “ sahut Rahel.
                Kami melepas pelukkan kami lalu saling berpandang dan tertawa.
                “ Udah larut nih, bobo yuk “ ajak Vhani.
                “ Iya, aku juga udah ngantuk. Kita ke kamar ya Ka, jangan sedih lagi “ pamit Rahel sambil kembali memberikan pelukannya.
                 Sweet dream ya “ ucapku.
                Sweet dream too beb “ balas Vhani dan Rahel barengan.
                Setelah kedua sahabatku pergi kekamar mereka masing-masing, aku menutup dan mengunci pintuku. Aku kembali bersandar pada dinding kamarku, memejamkan mata dan air mata itu kembali mengalir.
                “ Riko, aku kangen sama kamu.Kangen banget, semoga Tuhan selalu menjaga dan memberikan kamu kebahagiaan selalu “ batinku.
Mencintaimu adalah hal terindah yang pernah aku lakukan. Meskipun terkadang, aku merasa lelah karena masih menyimpan rasa ini untukmu setelah sekian lama namun entah mengapa hatiku tak pernah mengijinkan diriku untuk melapasmu begitu saja pergi dari hatiku. Rasanya hatiku telah mengikat namamu erat disana. Telah menabur benih sejak pertama kali aku jatuh cinta padamu dan sekarang telah berakar dihatiku sehingga jika aku berusaha untuk mencabutnya, yang kurasakan hanyalah rasa sakit yang begitu sakit.
                Tanpa kusadari, aku telah menyimpan semua rasa itu sejak tiga tahun yang lalu. Aku kangen kamu.