Minggu, 08 Desember 2013

Berhenti
Tulisan yang belum sempurna ( part 5 ) the end  




                Cinta itu sederhana
                Sesederhana berjalan tepat disampingmu
                Sesederhana memandang senyumanmu
                Entah apa yang kurasakan saat ini, semua rasa ini masih begitu abstrak. Terkadang berada didekatmu membuatku deg-degan namun ada suatu saat dimana aku tak merasakan apapun. Entah ini hanya sekedar rasa mengagumi atau lebih, yang pasti aku menikmati semua dalam diam.
                Diam-diam menatap wajahmu
                Diam-diam tertawa bersamamu
                Diam-diam mengagumi dirimu
                Aku masih menjaga jarak antara kau dan aku. Tidak menjauh, tidak mendekat agar rasa yang mulai merambat hatiku ini tidak mudah kau tau.
                “ Tuhan jika dia memiliki rasa yang sama maka buatlah hatiku berdegup kencang namun jika tidak maka ku mohon jangan biarkan aku merasakannya “ doaku ketika aku ingin tau apa yang dirasakan Reza padaku.
                Tok..tok..
                “ Masuk aja, ga dikunci kok “ jawab Rena dari dalam kamarnya.
                “ Lagi ngapain ?” tanyaku sambil menengok masuk.
                “ Ngapain nengok kayak gitu, ayo masuk. Ini aku lagi ngerjain tugasku soalnya besok harus dikumpul “ jawab Rena  sambil terus memandangi layar leptopnya.
                “ Aku ganggu dong “ ucapku tak enak.
                “ Ga apa lagian ini juga udah kelas kok !” seru Rena.
                “ Ya udah “.
                “ Kamu pasti pengen mengatakan sesuatukan ? Katakan saja aku siap mendengar “ Rena berkata dan mengalihkan tatapannya dari layar leptop kepadaku.
                Rena sangat tau diriku. Aku sangat jarang bermain dikamarnya. Meskipun kami tinggal sekos namun aku lebih sering dikamar. Rena yang selalu bermain dikamarku, namun jika aku yang berkunjung kekamarnya maka ada sesuatu yang ingin kukatakan.
                “ Mmm…ini soal Reza “ ucapku singkat.
                 Rena tetap diam dan memandangku.   
                Aku mencoba mengambil posisi yang nyaman.
                “ Aku telah dapat jawabannya “ ucapku singkat lagi.
                “ Maksud kamu, kamu udah ngungkapin perasaan kamu pada Reza ?” tanya Rena tanpa bisa menyembunyikan raut wajahnya yang terkejut.
                “ Ga, kamu taukan aku ga mungkin bisa ngelakuin itu “ aku diam sejenak menarik napas dan melanjutkan perkataanku. “  Maksud aku mendapat jawaban itu, kamu ingatkan doaku yang waktu itu ?. Jika Reza memeliki rasa yang sama padaku, maka ku mohon pasa Tuhan untuk membuat hatiku merasakan deg-degan sama seperti yang aku rasain dulu tapi jika tidak maka jangan membuatku merasakan apapun. Dan aku tidak merasakan apapun “.
                “ Gimana caranya kamu tau, emang kamu ngapain ?” tanya Rena terlihat penasaran.      
                “ Tadi aku bertemu Reza dikantin kampus waktu aku sedang mencari tempat yang kosong. Dia manggil aku untuk duduk bersamanya, aku ga bisa ngelakuin apapun karna hanya ada satu tempat yang kosong dan itu tepat disamping Reza “ aku diam sejenak, menarik napas. Rena masih memusatkan perhatiannya padaku.
                “ Bagaimana ini, apakah aku harus mengambil  tempat disampingnya atau aku pergi saja ? Apakah ini saatnya aku membuktikan perasaanku dan mendapat jawabannya ?” aku membatin.
                “ Iya aku harus tau jawabannya sekarang !” putusku.
                Aku mengambil langkah pertama menuju kearahnya.
                Aku tak merasakan sesuatu.
                Mungkin sebentar lagi.
                Langkah kedua, ketiga, keempat…aku masih belum merasakannya.     
                Langkah kelima dan aku berada tepat didepannya namun belum terasa apapun.
                Mungkin sedikit lagi dengan mengambil jarak lebih dekat.
                Aku mengambil tempat disisinya. Dia memandangku, dia tersenyum dan menyapaku “ Hai  “.
                “ Hai “ sapaku balik dan aku masih belum merasakannya..         
                Aku mulai menyantap makan siangku namun pikiranku tetap terpusat pada rasa yang kini belum muncul kepermukaan. Ada apa denganku, bukankah aku tak benar-benar menginginkan rasa itu, mengapa kini aku berharap merasakan sesuatu yang special.            
                “ Masih ada kelas ?” tanya Reza padaku.
                “ Udah ga ada kok, kita kan sekelas “ jawabku singkat dan masih terpusat pada perasaanku.
                “ Ow iya sih, nanya aja kirain kamu ada kontrak mata kuliah yang berbedakan bisa aja “.
                “ Udah ga ada kok “ ucapku singkat lagi.
                Aku kembali memikirkan perasaanku, kenapa belum ada rasa itu ? Apakah ini artinya  Reza tak memiliki perasaan terhadapku. Aku akan memberi waktu hingga makan siangku habis, jika aku masih belum merasakan sesuatu maka benar Reza tak memiliki rasa yang sama denganku.
                Aku tak tau berapa lama waktu berlalu namun rasanya begitu lama bagiku. Begitu lama untuk mendapat jawaban atas doaku.
                “ Aku duluan ya “ pamit Reza sambil tersenyum. Aku menyukai.
                “ Ow iya “ kataku singkat.
                Dan aku mendapatkan jawabannya.
                “ Reza ga punya rasa yang sama Ren “ aku menyelesaikan ceritaku dan aku tak dapat mengartikan perasaanku saat ini.
                “ Gimana perasaan kamu saat ini ?” tanya Rena sambil tetap memandangku.
                “ Entahlah, rasanya biasa aja ya walaupun ada sedikit rasa kecewe. Mungkin tanpa aku sadari, hatiku mengharapkan sesuatu yang lebih “ jawabku.
                “ Inilah yang terbaik untukmu, mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untukmu. Mungkin sebenarnya hatimu hanya ingin membuktikan pada pemiliknya bahwa dia tidak mati. Hatimu masih bisa merasakan sesuatu yang namanya tertarik dan menyukai seseorang. Mungkin bukan Reza orangnya, yakin deh aka nada seseorang yang mampu ngebuat kamu rasa itu lagi “ Rena mengambil tempat disisiku dan memelukku.
                “ Paling ga kamu harus seneng karna kamu mendapakan jawabannya sebelum kamu bener-bener menginginkannya. Jika itu terjadi maka kamu akan menyakiti hatimu lagi “ ucapan Rena membuat hatiku hangat.
                “ Iya kamu bener, aku juga memikirkan hal yang sama. Semua masih terlalu awal jadi aku masih bisa mengambil jarak dan melupakan semuanya “ aku melepaskan pelukan Rena.
                “ Makasih ya, aku lebih lega sekarang “ ucapku pada Rena.
                “ Iya sama-sama. Kapanpun kamu butuh, aku selalu ada “ ucap Rena dan memberikan senyum manisnya.
                “ Ya udah aku kekamar dulu “ pamitku.
                “ Iya, sweet dream ya “.
                Aku kembali kekamarku, berbaring dan memikirkan semua yang dikatakan Rena. Iya mungkin belum saatnya, mungkin bukan dia orangnya.
                Hey..kamu
                Iya kamu.
                Tau ga sih kalo aku suka sama kamu.
                Tapi kini aku memutuskan untuk berhenti.
                Berhenti diam-diam memandangmu
                Berhenti diam-diam tertawa bersamamu
                Berhenti diam-diam menyukaimu
                Iya aku menyukaimu
                Tapi mengapa kau tak menyadarinya
                Menyadari jika aku diam-diam menaruh perhatian terhadapmu.
                Iya aku menyukaimu
                Namun kini aku berhenti, karena kau tak pernah berbalik untuk memandang kearahku.
                Dan inilah akhirnya, disaat hati tak merasakan rasa yang seharusnya ada maka semuanya harus diakhiri. Jangan memaksakan sesuatu yang memang sulit terjadi. Cinta butuh waktu namun terkadang waktu tak dapat memberikan jawabannya karena hanya hati yang tau, apa yang terbaik untuk pemiliknya.
                Untukmu, orang baru yang masuk dalam hidupku. Memberikan keindahan melalui senyum manismu. Kendis Manis ;)  

Jumat, 29 November 2013


CINTA





                Aku selalu berusaha untuk melindungi hatiku sendiri. Aku tak ingin untuk kedua kalinya jatuh dalam cinta yang dalam. Aku tak ingin untuk kedua kalinya mencintai orang dengan segenap hati dan jiwaku. Dan aku tak ingin untuk kedua kalinya terluka karena cinta yang mungkin sejak awal telah salah.
                Aku selalu berusaha melindungi hatiku, menutup setiap ruang kosong yang ada. Aku takut akan jatuh cinta lagi. Aku takut untuk mencintai lagi dan aku takut untuk menangis lagi.
                Aku selalu berusaha melindungi hatiku sendiri. Aku menjauh disaat ada hati lain datang perlahan dan menyentuh hatiku. Aku menjauh disaat hatiku mulai terpikat pada hati lain. Aku menjauh disaat hatiku mulai mengharapkan hati lain. Dan aku menjauh disaat ruang dihatiku ada yang perlahan mulai mengisi.
                Cinta, bagiku cinta itu sederhana.
                Sesederhana kamu melihat mentari terbit.
                Sesederhana kamu mendengar kicauan burung dipagi hari.
                Sesederhana kamu menghirup udara yang diberikan Sang Pencipta.
                Sesederhana mentari terbenam.
                Sesederhana kamu memandang bulatnya bulan.
                Sesederhana kamu menghitung bintang dilangit.
                Cinta, bagiku cinta itu relative.
                Indah ketika kamu jatuh cinta.
                Sakit ketika kamu disakiti.
               
                Kamu takkan tahu, saat dimana cinta itu datang.
                Mungkin cinta akan datang ketika kamu tertawa.
                Mungkin cinta akan datang ketika kamu menangis.
                Mungkin cinta akan datang ketika teriknya mentari
                Atau mungkin cinta akan datang ketika hujan membasahi tanah.



                Cinta datang dari segala arah.
                Bisa saja cinta datang dari sebuah persahabatan
                Bisa saja cinta datang dari sebuah permusuhan
                Bisa saja cinta datang dari sebuah persaudaraan.

                Sadar atau tidak, awal dari sebuah rasa cinta adalah rasa rindu.
                Rasa rindu akan  menyadarkan hati bahwa ia mendambakan kehadiran hati lainnya.
Rasa rindu akan membuat hati sadar bahwa kehadiran hati yang lain mampu mengisi relung yang kosong.
Rasa rindu membuat hati akan berusaha untuk mendapatkan hati lainnya.
Dan rasa rindu yang akan menyadarkan hati bahwa hati lainnya begitu berharga disaat kehilangan.

Terkadang cinta bagaikan angin disaat musim dingin.
Dengan hawanya menusuk hingga ke pori  namun tak benar-benar mengisi kekosongan.
Namun terkadang cinta bagaikan air disaat musim kamarau.
Datang memberikan kesejukkan dan mengisi setiap ruang yang kosong.

Aku ingin mencoba untuk mencintai lagi, namun disaat yang sama aku takut.
Aku takut jatuh cinta.
Entah mengapa, namun aku merasa jatuh cinta hanya akan membuatku tersakiti.
Mungkin aku pengecut, namun aku hanya berusaha untuk melindungi hatiku.
Aku takut jika aku jatuh cinta dan mencintai dengan segenap hatiku, mungkin disaat yang sama aku akan tersakiti lagi.

Aku pernah mencintai, mencintai dengan segenap hatiku.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin menjadi yang terbaik.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin berjuang.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin menggapai semuanya.
Meski aku hanya mencintai dalam diam namun semua terasa indah.
Aku berharap suatu hari nanti, cinta yang diam itu akan bersuara.

Suatu ketika, cinta itu bersuara.
Aku berpaling namun yang kudapatkan adalah cinta yang lain.
Cinta yang baru, memanggilku untuk menggenggamnya.
Aku berpaling dan pergi.
Dia masih memanggilku.
Aku menutup telingaku dan terus berjalan menjauhinya.
Dia terdiam..
Aku berhenti namun tak berusaha melihat kearahnya.
Dia masih terdiam..
Aku berbalik dan memandangnya.
Aku mulai melangkah kearahnya, namun dia masih terdiam.
Aku semakin dekat namun masih tak ada suara.
Aku berhenti tepat dihadapannya.
Mulutnya kaku, wajahnya memutih, seluruh tubuhnya dingin.
Mengapa dia masih terdiam ?
Aku menyentuhnya, dia masih terdiam.
Mengapa dia tak memanggilku lagi ?
Aku memanggilnya, namun dia tak lagi menjawab.
Aku tersadar, bahwa suaranya telah mengisi ruang yang kosong.
Dan aku menyadari aku telah jatuh cinta, cinta yang terlambat.
Disaat sebuah cinta memanggil, janganlah coba untuk berpaling.
Disaat sebuah cinta memanggil, jawablah.
Disaat sebuah cinta memanggil, maka genggamlah.



Kamis, 14 November 2013


I Miss You




                Penyesalan akan selalu datang terlambat. Kini aku merasakan penyesalan yang begitu dalam.
                Aku terlambat menyadari keberadaanmu.
                Aku terlambat menyadari perasaanku padamu.
                Aku terlambat menyadari bahwa kau mempunyai tempat yang lebih didalam hatiku.
                “ Aku kangen kakak “ ucap Hendra padaku.
                Aku hanya tersenyum manis padanya. Aku mengenal Hendra karena dia adalah sahabat adikku Sesha. Mereka sahabat sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Sesha sering mengajak Hendra main dirumahku dan dari situlah aku dekat dengannya. Hendra juga tipe orang yang gampang bergaul sehingga sikapnya yang membuatku senang berkenalan dengannya.
                Aku hanya bertemu Hendra jika aku pulang kerumah orangtuaku ketika libur semester tiba. Awalnya aku hanya mengenal dia seperti teman-teman adikku yang lain. Hanya datang main dan  say hay  lalu berlalu begitu saja. Namun dengan seringnya aku bertemu dengannya sewaktu liburan, aku malah dijadikan teman curhat olehnya.
                Dia menceritakan semua masalahnya, mulai dari masalah sepele hingga masalah percintaannya. Aku yang telah menganggapnya sebagai adikku sendiri, dengan senang hati selalu mendengar curahan hatinya. Bukan hanya dijadikan pendengar olehnya, aku juga dijadikan sebagai pemberi masukkan. Jika dia memiliki masalah, dia sering sekali meminta pendapatku.
                Beberapa bulan lalu, aku kembali  menghabiskan liburan semesterku bersama keluargaku. Ya dan kami bertemu lagi. Berjalannya waktu, telah hampir tiga setengah tahun kami saling mengenal dan itu membuat kami semakin dekat. Hendra malah kini dengan sengaja sering bermanja-manja padaku.
                “ Kakak, akhirnya liburan juga “ ucapnya padaku sambil memelukku dari belakang. Saat itu aku sedang asyik memainkan leptopku.
                Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
                “ Ih sok manja banget deh, buat aku pengen muntah aja “ tiba-tiba Sesha mencibirnya. Sesha sudah mulai terbiasa dengan segala tingkah laku sahabatnya itu. Dia bahkan merasa malas melihat segala tingkah laku sahabatnya itu yang sering sekali bermanja pada aku ataupun kakakku bahkan mamaku juga.
                “ Hahaha….biarin, aku emang kangen ka Sandra kok “ sambungnya.
                “ Iya kangen sih kangen tapi meluknya ga usah makin kenceng dong, sesak napas nih kakak “ ucapku bercanda namun bukannya melonggarkan pelukan, Hendra malah semakin mempererat pelukannya.
                “ Kangen…kangen….kangen…” serunya sambil terus memelukku dan mencium pipiku.
                “ Iiihh..main cium-cium aja, dia itu kakakku bukan kakakkmu jangan main asal cium aja “ tegur Sesha lagi melihat tingkah laku Hendra.
                Yang ditegur malah nyengir lalu melepas pelukannya dan beranjak menuju Sesha.
                “ Bilang aja kalo kamu juga pengen aku ciumkan “ ucapnya sambil merangkul Sesha dan memajukan bibirnya untuk mencium Sesha namun yang ingin dicium malah berontak dan kabur.
                “ Hahaha….” Aku hanya tertawa melihat tingkah laku mereka.
                “ Kakak besok kita makan bareng yuk, aku yang traktir deh “ ajak Hendra padaku.
                Aku menimbang-nimbang ajakan Hendra.
                “ Aku juga pengen ikut “ Sesha langsung menawarkan diri.
                “ Ga, ga boleh. Aku hanya ngajak ka Sandra, kamu ga boleh ikut “ bantah Hendra yang membuat wajah Sesha manyun.
                “ Ga ah, kakak lagi males jalan. Gimana kalo besok kamu makan disini aja “ tawarku untuk tak membuat Hendra terlalu kecewa.
                “ Ya udah, besok aku makan disini deh “ ucapnya senang.
                “ Kalo makan disini barengkan kamu ga perlu buang-buang uang “ ucapku.
                Hendra hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. “ Ka, aku pulang dulu ya nanti besok aku balik lagi “ pamitnya.
                “ Ya udah hati-hati ya “ pesanku padanya.
                “ Iya “ ucap Hendra sambil mengecup pipiku. Aku hanya tersenyum.
                Dia membuatku perlahan mulai terbiasa dengan kehadirannya meskipun terkadang aku merasa sedikit tak nyaman dengan tindakannya itu. Menciumku, memelukku kapanpun dia suka. Dia begitu manja jika berada disekitar kami sekeluarga.
                Waktu terasa berjalan begitu cepat, dua hari lagi aku akan balik ke Yogya untuk kembali melakukan rutinitasku kuliah. Aku berencana ingin mencari oleh-oleh untuk teman-temanku namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membuatku takut untuk pergi sendiri.
                “ Sesha, temani kakak dong nyari oleh-oleh untuk temen kakak “ pintaku pada Sesha yang sedang asyik menonton sinetron.
                “Ah males ka, diluarkan lagi hujan “ tolak Sesha.
                Aku juga menjadi malas untuk pergi jika hujan seperti ini. Aku sedang duduk diruang tamu ketika terdengar bunyi deru motor dihalaman rumah. Aku membuka gorden dan menengok keluar, aku mendapatkan Hendra dengan jaket perpaduan warna hitam dan hijau yang biasanya dikenakan sedang memakirkan motornya. Tubuhnya basah kuyup.
                Aku membuka pintu, dia melihatku dan tersenyum “ Malam ka “ sapanya.
                “ Kamu dari mana, kenapa hujan-hujanan ?” tanyaku dan menariknya masuk.
                “ Dari rumah ka, pengen main-main disini aja “ jawabnya enteng.
                “ Nah pas banget kamu datang, kamu anterin ka Sandra gih. Kakak pengen nyari oleh-oleh untuk temennya “ ucap Sesha.
                “ Oh ya udah ka, biar aku ante raja “ sambutnya dengan semangat.
                “ Tapi diluar lagi hujan nanti kamu bisa sakit “ sahutku.
                “ Ga pa-pa, kakak pake jaket gih “ perintahnya dan aku hanya mengikuti.
                Aku mengambil jaket yang tebal dan memakainya. “ Sha, kalo mama nanya bilang aku bareng Hendra ya “ ucapku dan Sesha hanya menjawab dengan anggukan.
                Aku dan Hendra pergi mencari oleh-oleh untuk temen-temenku. Selama perjalanan dia terus memegang lututku dengan sebelah tangannya hanya untuk memastikan aku baik-baik saja.
                “ Takutnya kalo aku ga megang kakak, pas aku balik ke belakang kakak udah ga ada lagi “ jawabnya ketika aku tanya kenapa dia terus memegang lututku.
                “ Hahaha..kamu kira aku setan yang bisa ngilang gitu aja “ sahutku sambil tertawa.
                Kami akhirnya sampai ditempat yang menjual oleh-oleh yang kami cari. Aku mulai memilih gelang, cincin dan juga gantungan sebagai oleh-oleh yang akan kuberikan pada teman-temanku. Sedang asyik memilih cincin, tiba-tiba Hendra mendekatiku dan mengeringkan wajahnya dengan lengan jaketnya. Aku hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu.
                Aku sedang menunggu uang kembalian dari penjual, tiba-tiba dia memelukku dari belakang.
                “ Biar kakak ga kedinginan “ itu katanya.
                Aku hanya terdiam, entah merasa nyaman atau terusik.
                Setelah membeli oleh-oleh kami berdua  tak langsung balik kerumah. Kami singgah membeli sate yang dititipkan Sesha yang katanya lapar.
                Begitu kami sampai ditempat yang menjual sate langganan kami, aku langsung memesan “ Bang, sate lontongnya satu dibungkus “.
                Aku mengambil tempat duduk disebuah bangku panjang, Hendra yang baru saja memakirkan motor dateng dan langsung mengambil tisu yang ada diatas meja dan mengeringkan air hujan yang ada diwajahku. Dan lagi-lagi, dia membuatku merasa tak karuan. Kami bercerita banyak hal dan diikuti dengan tawa yang dihasilkan dari kekonyolan yang dilakukan Hendra.
                Dia membuatku merasa istimewa.
                “ Ka, aku lagi suka sama seorang cewek “ curhatnya pada suatu malam.
                “ Ow ya ?” tanyaku antusias.
                “ Iya, aku udah kenal dia lama. Ya awalnya sih aku ga nyadar kalo aku suka sama dia bahkan sayang namun belakangan ini dengan banyaknya waktu yang kami habiskan bersama, aku sadar jika aku begitu menyukainya “ Hendra bercerita dengan wajah yang berseri.
                “ Trus kamu udah nembak dia ?” tanyaku lagi.
                “ Hehehe..belum ka, aku ga berani “ jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
                “ Loh kenapa ?”.
                Ga berani aja. Menurut kakak, dia bakal nerima aku ga ya ?” dia mencoba meminta mendapatku.            
                “ Sebelumnya dia udah tau kalo kamu sekarang udah punya pacar ?”.
                “ Udah kok, dia udah tau “.
                “ Terus dia kelihatan nyaman sama kamu ?” tanyaku.
                “ Aku sih ga tau ka, tapi selama kita bareng dia kelihatan biasa-biasa aja “ jawab Hendra sambil terlihat sedang menerawang.
                “ Ya ga ada salahnya dicoba “ sahutku memberi semangat.
                “ Kalo kakak jadi dia, apa kakak bakal nerima aku ?” tanya dia memastikan.
                “ Kalo kakak sih tergantung, kalo kamu udah punya pacar kayak sekarang mending ga de. Tapi kalo kamu masih jomblo, nah boleh tuh “ aku memberikan jawaban sambil tersenyum.
                “ Kakak kenal kok sama cewek itu, kenal banget malah “ ucapnya mulai membuatku tertarik.
                “ Oh ya ? Siapa ?” tanyaku penasaran.
                “ Dia ada dirumah ini “ jawabnya singkat.
                “ Aah..Sesha ya ?” tebakku asal.
                “ Hahaha…kakak ngasal nih, masa Sesha. Bukan “ dia semakin membuatku penasaran.
                “ Lah trus siapa dong ?” tanyaku bingung.
                “ Aku suka sama cewek yang duduk didepan aku ini “ jawabnya enteng.
                “ Hah ? Apa ? Aku ?” tanyaku sambil menunjuk diri sendiri.
                “ Iya “ jawabnya sambil tertawa.
                “ Kakak ga bisa, yang pertama kamu adalah sahabat Sesha dan yang kedua kamu udah kakak anggap sebagai adik sendiri “ aku berusaha memberi penjelasan.
                “ Iya aku udah tau jawaban kakak, aku hanya pengen ngungkapin apa yang aku rasain biar ga rasa nyesek aja “ serunya sambil tersenyum.
                Kini semua itu hanya menjadi sebuah kenangan.
                Kini semua itu hanya menjadi sebuah memory yang menyakitkan jika dikenang namun terlalu manis untuk dilupakan.
                Dia, orang yang selalu memperlakukanku layaknya seorang kekasih telah pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dia membuatku hancur hingga berkeping-keping. Dia membuatku terasa begitu sesak jika mengingat bahwa dia telah tiada.
                Namun dibalik semua itu, satu hal yang baru kusadari setelah dia pergi. Dia memiliki tempat special didalam hatiku. Ternyata aku menyayanginya lebih dari sekedar rasa sayang seorang kakak kepada adik. Aku menyayanginya bukan sebagai seorang adik namun aku menyayanginya sebagai seorang cowok.
                Semua kini hanya menjadi kenangan dan penyesalan yang kurasakan dalam hati kecilku. Setiap kali mengingatnya, terasa dada begitu sakit. Setiap kali suaranya terngiang ditelingaku, bernapaspun terasa begitu tersiksa.
                Aku benar-benar merindukannya. Merindukan pelukkannya dan kehangatan yang tersirat dibalik senyumnya. Aku benar-benar merindukannya, ingin memeluk walau hanya sekedar bayangnya. Ingin terus tertidur agar dapat bertemu dengannya dalam mimpi.
                Im really miss you. You made me fall so deep that it is difficult to stand again.
                I always expect you to be present in every dream..I miss you