Jumat, 29 November 2013


CINTA





                Aku selalu berusaha untuk melindungi hatiku sendiri. Aku tak ingin untuk kedua kalinya jatuh dalam cinta yang dalam. Aku tak ingin untuk kedua kalinya mencintai orang dengan segenap hati dan jiwaku. Dan aku tak ingin untuk kedua kalinya terluka karena cinta yang mungkin sejak awal telah salah.
                Aku selalu berusaha melindungi hatiku, menutup setiap ruang kosong yang ada. Aku takut akan jatuh cinta lagi. Aku takut untuk mencintai lagi dan aku takut untuk menangis lagi.
                Aku selalu berusaha melindungi hatiku sendiri. Aku menjauh disaat ada hati lain datang perlahan dan menyentuh hatiku. Aku menjauh disaat hatiku mulai terpikat pada hati lain. Aku menjauh disaat hatiku mulai mengharapkan hati lain. Dan aku menjauh disaat ruang dihatiku ada yang perlahan mulai mengisi.
                Cinta, bagiku cinta itu sederhana.
                Sesederhana kamu melihat mentari terbit.
                Sesederhana kamu mendengar kicauan burung dipagi hari.
                Sesederhana kamu menghirup udara yang diberikan Sang Pencipta.
                Sesederhana mentari terbenam.
                Sesederhana kamu memandang bulatnya bulan.
                Sesederhana kamu menghitung bintang dilangit.
                Cinta, bagiku cinta itu relative.
                Indah ketika kamu jatuh cinta.
                Sakit ketika kamu disakiti.
               
                Kamu takkan tahu, saat dimana cinta itu datang.
                Mungkin cinta akan datang ketika kamu tertawa.
                Mungkin cinta akan datang ketika kamu menangis.
                Mungkin cinta akan datang ketika teriknya mentari
                Atau mungkin cinta akan datang ketika hujan membasahi tanah.



                Cinta datang dari segala arah.
                Bisa saja cinta datang dari sebuah persahabatan
                Bisa saja cinta datang dari sebuah permusuhan
                Bisa saja cinta datang dari sebuah persaudaraan.

                Sadar atau tidak, awal dari sebuah rasa cinta adalah rasa rindu.
                Rasa rindu akan  menyadarkan hati bahwa ia mendambakan kehadiran hati lainnya.
Rasa rindu akan membuat hati sadar bahwa kehadiran hati yang lain mampu mengisi relung yang kosong.
Rasa rindu membuat hati akan berusaha untuk mendapatkan hati lainnya.
Dan rasa rindu yang akan menyadarkan hati bahwa hati lainnya begitu berharga disaat kehilangan.

Terkadang cinta bagaikan angin disaat musim dingin.
Dengan hawanya menusuk hingga ke pori  namun tak benar-benar mengisi kekosongan.
Namun terkadang cinta bagaikan air disaat musim kamarau.
Datang memberikan kesejukkan dan mengisi setiap ruang yang kosong.

Aku ingin mencoba untuk mencintai lagi, namun disaat yang sama aku takut.
Aku takut jatuh cinta.
Entah mengapa, namun aku merasa jatuh cinta hanya akan membuatku tersakiti.
Mungkin aku pengecut, namun aku hanya berusaha untuk melindungi hatiku.
Aku takut jika aku jatuh cinta dan mencintai dengan segenap hatiku, mungkin disaat yang sama aku akan tersakiti lagi.

Aku pernah mencintai, mencintai dengan segenap hatiku.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin menjadi yang terbaik.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin berjuang.
Dengan cinta itu, aku selalu ingin menggapai semuanya.
Meski aku hanya mencintai dalam diam namun semua terasa indah.
Aku berharap suatu hari nanti, cinta yang diam itu akan bersuara.

Suatu ketika, cinta itu bersuara.
Aku berpaling namun yang kudapatkan adalah cinta yang lain.
Cinta yang baru, memanggilku untuk menggenggamnya.
Aku berpaling dan pergi.
Dia masih memanggilku.
Aku menutup telingaku dan terus berjalan menjauhinya.
Dia terdiam..
Aku berhenti namun tak berusaha melihat kearahnya.
Dia masih terdiam..
Aku berbalik dan memandangnya.
Aku mulai melangkah kearahnya, namun dia masih terdiam.
Aku semakin dekat namun masih tak ada suara.
Aku berhenti tepat dihadapannya.
Mulutnya kaku, wajahnya memutih, seluruh tubuhnya dingin.
Mengapa dia masih terdiam ?
Aku menyentuhnya, dia masih terdiam.
Mengapa dia tak memanggilku lagi ?
Aku memanggilnya, namun dia tak lagi menjawab.
Aku tersadar, bahwa suaranya telah mengisi ruang yang kosong.
Dan aku menyadari aku telah jatuh cinta, cinta yang terlambat.
Disaat sebuah cinta memanggil, janganlah coba untuk berpaling.
Disaat sebuah cinta memanggil, jawablah.
Disaat sebuah cinta memanggil, maka genggamlah.



Kamis, 14 November 2013


I Miss You




                Penyesalan akan selalu datang terlambat. Kini aku merasakan penyesalan yang begitu dalam.
                Aku terlambat menyadari keberadaanmu.
                Aku terlambat menyadari perasaanku padamu.
                Aku terlambat menyadari bahwa kau mempunyai tempat yang lebih didalam hatiku.
                “ Aku kangen kakak “ ucap Hendra padaku.
                Aku hanya tersenyum manis padanya. Aku mengenal Hendra karena dia adalah sahabat adikku Sesha. Mereka sahabat sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Sesha sering mengajak Hendra main dirumahku dan dari situlah aku dekat dengannya. Hendra juga tipe orang yang gampang bergaul sehingga sikapnya yang membuatku senang berkenalan dengannya.
                Aku hanya bertemu Hendra jika aku pulang kerumah orangtuaku ketika libur semester tiba. Awalnya aku hanya mengenal dia seperti teman-teman adikku yang lain. Hanya datang main dan  say hay  lalu berlalu begitu saja. Namun dengan seringnya aku bertemu dengannya sewaktu liburan, aku malah dijadikan teman curhat olehnya.
                Dia menceritakan semua masalahnya, mulai dari masalah sepele hingga masalah percintaannya. Aku yang telah menganggapnya sebagai adikku sendiri, dengan senang hati selalu mendengar curahan hatinya. Bukan hanya dijadikan pendengar olehnya, aku juga dijadikan sebagai pemberi masukkan. Jika dia memiliki masalah, dia sering sekali meminta pendapatku.
                Beberapa bulan lalu, aku kembali  menghabiskan liburan semesterku bersama keluargaku. Ya dan kami bertemu lagi. Berjalannya waktu, telah hampir tiga setengah tahun kami saling mengenal dan itu membuat kami semakin dekat. Hendra malah kini dengan sengaja sering bermanja-manja padaku.
                “ Kakak, akhirnya liburan juga “ ucapnya padaku sambil memelukku dari belakang. Saat itu aku sedang asyik memainkan leptopku.
                Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
                “ Ih sok manja banget deh, buat aku pengen muntah aja “ tiba-tiba Sesha mencibirnya. Sesha sudah mulai terbiasa dengan segala tingkah laku sahabatnya itu. Dia bahkan merasa malas melihat segala tingkah laku sahabatnya itu yang sering sekali bermanja pada aku ataupun kakakku bahkan mamaku juga.
                “ Hahaha….biarin, aku emang kangen ka Sandra kok “ sambungnya.
                “ Iya kangen sih kangen tapi meluknya ga usah makin kenceng dong, sesak napas nih kakak “ ucapku bercanda namun bukannya melonggarkan pelukan, Hendra malah semakin mempererat pelukannya.
                “ Kangen…kangen….kangen…” serunya sambil terus memelukku dan mencium pipiku.
                “ Iiihh..main cium-cium aja, dia itu kakakku bukan kakakkmu jangan main asal cium aja “ tegur Sesha lagi melihat tingkah laku Hendra.
                Yang ditegur malah nyengir lalu melepas pelukannya dan beranjak menuju Sesha.
                “ Bilang aja kalo kamu juga pengen aku ciumkan “ ucapnya sambil merangkul Sesha dan memajukan bibirnya untuk mencium Sesha namun yang ingin dicium malah berontak dan kabur.
                “ Hahaha….” Aku hanya tertawa melihat tingkah laku mereka.
                “ Kakak besok kita makan bareng yuk, aku yang traktir deh “ ajak Hendra padaku.
                Aku menimbang-nimbang ajakan Hendra.
                “ Aku juga pengen ikut “ Sesha langsung menawarkan diri.
                “ Ga, ga boleh. Aku hanya ngajak ka Sandra, kamu ga boleh ikut “ bantah Hendra yang membuat wajah Sesha manyun.
                “ Ga ah, kakak lagi males jalan. Gimana kalo besok kamu makan disini aja “ tawarku untuk tak membuat Hendra terlalu kecewa.
                “ Ya udah, besok aku makan disini deh “ ucapnya senang.
                “ Kalo makan disini barengkan kamu ga perlu buang-buang uang “ ucapku.
                Hendra hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. “ Ka, aku pulang dulu ya nanti besok aku balik lagi “ pamitnya.
                “ Ya udah hati-hati ya “ pesanku padanya.
                “ Iya “ ucap Hendra sambil mengecup pipiku. Aku hanya tersenyum.
                Dia membuatku perlahan mulai terbiasa dengan kehadirannya meskipun terkadang aku merasa sedikit tak nyaman dengan tindakannya itu. Menciumku, memelukku kapanpun dia suka. Dia begitu manja jika berada disekitar kami sekeluarga.
                Waktu terasa berjalan begitu cepat, dua hari lagi aku akan balik ke Yogya untuk kembali melakukan rutinitasku kuliah. Aku berencana ingin mencari oleh-oleh untuk teman-temanku namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membuatku takut untuk pergi sendiri.
                “ Sesha, temani kakak dong nyari oleh-oleh untuk temen kakak “ pintaku pada Sesha yang sedang asyik menonton sinetron.
                “Ah males ka, diluarkan lagi hujan “ tolak Sesha.
                Aku juga menjadi malas untuk pergi jika hujan seperti ini. Aku sedang duduk diruang tamu ketika terdengar bunyi deru motor dihalaman rumah. Aku membuka gorden dan menengok keluar, aku mendapatkan Hendra dengan jaket perpaduan warna hitam dan hijau yang biasanya dikenakan sedang memakirkan motornya. Tubuhnya basah kuyup.
                Aku membuka pintu, dia melihatku dan tersenyum “ Malam ka “ sapanya.
                “ Kamu dari mana, kenapa hujan-hujanan ?” tanyaku dan menariknya masuk.
                “ Dari rumah ka, pengen main-main disini aja “ jawabnya enteng.
                “ Nah pas banget kamu datang, kamu anterin ka Sandra gih. Kakak pengen nyari oleh-oleh untuk temennya “ ucap Sesha.
                “ Oh ya udah ka, biar aku ante raja “ sambutnya dengan semangat.
                “ Tapi diluar lagi hujan nanti kamu bisa sakit “ sahutku.
                “ Ga pa-pa, kakak pake jaket gih “ perintahnya dan aku hanya mengikuti.
                Aku mengambil jaket yang tebal dan memakainya. “ Sha, kalo mama nanya bilang aku bareng Hendra ya “ ucapku dan Sesha hanya menjawab dengan anggukan.
                Aku dan Hendra pergi mencari oleh-oleh untuk temen-temenku. Selama perjalanan dia terus memegang lututku dengan sebelah tangannya hanya untuk memastikan aku baik-baik saja.
                “ Takutnya kalo aku ga megang kakak, pas aku balik ke belakang kakak udah ga ada lagi “ jawabnya ketika aku tanya kenapa dia terus memegang lututku.
                “ Hahaha..kamu kira aku setan yang bisa ngilang gitu aja “ sahutku sambil tertawa.
                Kami akhirnya sampai ditempat yang menjual oleh-oleh yang kami cari. Aku mulai memilih gelang, cincin dan juga gantungan sebagai oleh-oleh yang akan kuberikan pada teman-temanku. Sedang asyik memilih cincin, tiba-tiba Hendra mendekatiku dan mengeringkan wajahnya dengan lengan jaketnya. Aku hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu.
                Aku sedang menunggu uang kembalian dari penjual, tiba-tiba dia memelukku dari belakang.
                “ Biar kakak ga kedinginan “ itu katanya.
                Aku hanya terdiam, entah merasa nyaman atau terusik.
                Setelah membeli oleh-oleh kami berdua  tak langsung balik kerumah. Kami singgah membeli sate yang dititipkan Sesha yang katanya lapar.
                Begitu kami sampai ditempat yang menjual sate langganan kami, aku langsung memesan “ Bang, sate lontongnya satu dibungkus “.
                Aku mengambil tempat duduk disebuah bangku panjang, Hendra yang baru saja memakirkan motor dateng dan langsung mengambil tisu yang ada diatas meja dan mengeringkan air hujan yang ada diwajahku. Dan lagi-lagi, dia membuatku merasa tak karuan. Kami bercerita banyak hal dan diikuti dengan tawa yang dihasilkan dari kekonyolan yang dilakukan Hendra.
                Dia membuatku merasa istimewa.
                “ Ka, aku lagi suka sama seorang cewek “ curhatnya pada suatu malam.
                “ Ow ya ?” tanyaku antusias.
                “ Iya, aku udah kenal dia lama. Ya awalnya sih aku ga nyadar kalo aku suka sama dia bahkan sayang namun belakangan ini dengan banyaknya waktu yang kami habiskan bersama, aku sadar jika aku begitu menyukainya “ Hendra bercerita dengan wajah yang berseri.
                “ Trus kamu udah nembak dia ?” tanyaku lagi.
                “ Hehehe..belum ka, aku ga berani “ jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
                “ Loh kenapa ?”.
                Ga berani aja. Menurut kakak, dia bakal nerima aku ga ya ?” dia mencoba meminta mendapatku.            
                “ Sebelumnya dia udah tau kalo kamu sekarang udah punya pacar ?”.
                “ Udah kok, dia udah tau “.
                “ Terus dia kelihatan nyaman sama kamu ?” tanyaku.
                “ Aku sih ga tau ka, tapi selama kita bareng dia kelihatan biasa-biasa aja “ jawab Hendra sambil terlihat sedang menerawang.
                “ Ya ga ada salahnya dicoba “ sahutku memberi semangat.
                “ Kalo kakak jadi dia, apa kakak bakal nerima aku ?” tanya dia memastikan.
                “ Kalo kakak sih tergantung, kalo kamu udah punya pacar kayak sekarang mending ga de. Tapi kalo kamu masih jomblo, nah boleh tuh “ aku memberikan jawaban sambil tersenyum.
                “ Kakak kenal kok sama cewek itu, kenal banget malah “ ucapnya mulai membuatku tertarik.
                “ Oh ya ? Siapa ?” tanyaku penasaran.
                “ Dia ada dirumah ini “ jawabnya singkat.
                “ Aah..Sesha ya ?” tebakku asal.
                “ Hahaha…kakak ngasal nih, masa Sesha. Bukan “ dia semakin membuatku penasaran.
                “ Lah trus siapa dong ?” tanyaku bingung.
                “ Aku suka sama cewek yang duduk didepan aku ini “ jawabnya enteng.
                “ Hah ? Apa ? Aku ?” tanyaku sambil menunjuk diri sendiri.
                “ Iya “ jawabnya sambil tertawa.
                “ Kakak ga bisa, yang pertama kamu adalah sahabat Sesha dan yang kedua kamu udah kakak anggap sebagai adik sendiri “ aku berusaha memberi penjelasan.
                “ Iya aku udah tau jawaban kakak, aku hanya pengen ngungkapin apa yang aku rasain biar ga rasa nyesek aja “ serunya sambil tersenyum.
                Kini semua itu hanya menjadi sebuah kenangan.
                Kini semua itu hanya menjadi sebuah memory yang menyakitkan jika dikenang namun terlalu manis untuk dilupakan.
                Dia, orang yang selalu memperlakukanku layaknya seorang kekasih telah pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dia membuatku hancur hingga berkeping-keping. Dia membuatku terasa begitu sesak jika mengingat bahwa dia telah tiada.
                Namun dibalik semua itu, satu hal yang baru kusadari setelah dia pergi. Dia memiliki tempat special didalam hatiku. Ternyata aku menyayanginya lebih dari sekedar rasa sayang seorang kakak kepada adik. Aku menyayanginya bukan sebagai seorang adik namun aku menyayanginya sebagai seorang cowok.
                Semua kini hanya menjadi kenangan dan penyesalan yang kurasakan dalam hati kecilku. Setiap kali mengingatnya, terasa dada begitu sakit. Setiap kali suaranya terngiang ditelingaku, bernapaspun terasa begitu tersiksa.
                Aku benar-benar merindukannya. Merindukan pelukkannya dan kehangatan yang tersirat dibalik senyumnya. Aku benar-benar merindukannya, ingin memeluk walau hanya sekedar bayangnya. Ingin terus tertidur agar dapat bertemu dengannya dalam mimpi.
                Im really miss you. You made me fall so deep that it is difficult to stand again.
                I always expect you to be present in every dream..I miss you

Rabu, 13 November 2013

Dia
Pemilik Cinta yang tak pernah usai





                “ Takkan pernah habis airmataku bila kuingat tentang dirimu….”
                “ Mungkin hanya kau yang tau mengapa saat ini kumasih sendiri..”
                “ Adakah disana kau rindu padaku meski kita kini ada didunia berbeda…”
                “ Bila masih mungkin waktu ku putar kan kutunggu dirimu…”
                “ Biarlah kusimpan sampai nanti aku kana da disana……..” rasanya ingin menyanyikan lagu  ini sebanyak mungkin setiap kali mengingatmu.
                Ingatanku mundur beberapa bulan lalu. Bulan dimana dia masih bersamaku. Masih berada disampingku dan keluargaku.
                     Aku baru saja sampai dirumah yang selalu kurindukan disaat-saatku sendiri di tanah perantauan. Aku sedang asyik dengan duniaku sendiri, memasang headsed, mendengarkan lagu dan asyik mengecek pemberitahuan pada halaman facebookku. Tiba-tiba sebua pesan masuk.
                “ Kakak, gimana kabarnya ?” tanya seseorang yang telah kukenal beberapa tahun belakangan ini.
                “ Baik   !” balasku singkat.
                “ Kapan balik Timika ?” tanya dia lagi.
                “ Ini lagi dirumah “ balasku singkat lagi, sengaja untuk membuatnya penasaran.
                Dan rencanaku berhasil.
                “ Kapan nyampe ?? “ tanya dia lagi semakin penasaran.
                “ Kemarin, nih lagi duduk bareng Vany “.
                Dan tak ada balasnya lagi. Akupun tak memedulikannya. Aku kembali asyik dengan dunia onlineku. Sedang larut dalam duniaku, tiba-tiba seseorang datang dan memelukku dari belakang.
                “ Kakak sayang datang ga kasih kabar “ dia datang dengan wajah sumringah seperti biasanya.
                “ Hahaha….barusan kan kakak bilang kalo kakak lagi dirumah “ ucapku sambil terus didekap olehnya.
                “ Iya tapi bilangnya pas udah dirumah, kalo bilangnya sebelum datang kan aku bisa jemput “ ucapnya sambil mempererat pelukannya.
                “ Yang penting kakak sudah disini “.
                Dia mengambil tempat diantara aku dan Vany, membuat Vany naik darah. Entah kenapa dia dan Vany bagaikan kucing dan tikus. Setiap kali bertemu pasti saja marahan atau berkelahi. Ya sebenarnya sih Vany yang emosian tapi yang bagusnya dia selalu menanggapi emosi Vany dengan segala tindakan konyolnya. Aku seringa bingung dengan sikap mereka itu padahal mereka pernah menjadi sepasang kekasih, ya meskipun tak lama.
                Keakraban kami bermula semenjak dia mengenal adikku Vany. Saat itu Vany baru saja menamatkan sekolahnya dibangku Sekolah Menengah Pertama dan ingin melanjutkannya disekolah yang sama dengan dia. Dengan berjalannya waktu Vany dan dia mulai dekat dan resmi menjadi sepasang kekasih namun karena sifat Vany yang keras kepala dan sedikit tomboy mereka memutuskan hubungan mereka.
                Namun mereka berbeda dengan pasangan kekasih lainnya yang ketika putus akan saling membenci. Hubungan mereka malah membuat kami sekeluarga mulai mengenal sosok dia. Dia juga merupakan anak murid dari kakakku Ossy yang menjadi wakil kepala sekolah disekolah tempat dia dan Vany bersekolah sekarang.
                Dia selalu datang kerumah kami kapanpun dia suka.  
                “ Kamu ini gangguin ketenangan orang aja “ seru Vany dengan raut wajah tak suka.
                “ Minggir, aku pengen duduk disamping kakakku sayang “ ucapnya tanpa memedulikan sikap kasar Vany,
                Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka.
                “ Kakak, aku kangen banget sama kakak “ ucapnya sambil terus menciumi pipiku dan kemudian memelukku lagi.
                “ Kakak nanti kita makan bakso bareng ya “ ajaknya lagi dan disambut oleh sahutan Vany.
                “ Aku juga ikut “.
                “ Ga boleh, hanya aku dan ka Santy yang boleh pergi “ serunya sambil mengeluarkan lidahnya.           
                Dia masih duduk disampingku dan masih memelukku.
                “ Aku kangen banget sama kakak “ ucapnya lagi.
                “ Iya kakak tau, kamu udah ngomong untuk kesekian kalinya “ sahutku.
                “ Hehehe…” balasnya.
                Entah berapa lama dia duduk disampingku dan memelukku.
                “ Ka, aku pulang dulu ya udah malam “ pamitnya.
                “ Ya udah pulang aja, kenapa ga dari tadi aja “ sambung Vany dengan ketus.
                Dia malah balik dan membalas Vany dengan memeluk Vany lalu mengacak rambutnya.
                “ Kakak, aku pulang dulu ya. Van, abang pulang dulu “ pamitnya sekali lagi.
                “ Hmmm..pulang sana “ balas Vany.
                “ Ya udah, hati-hati dijalan dan ingat langsung pulang kerumah dan ga boleh balap-balap kalo bawa motor “ aku mencoba mengingatkan.
                “ Iya kakak sayang. Ya udah aku pulang ya “.
                Dia membuatku dan kakakku Ossy seperti kakak kandungnya sendiri. Dia akan memeluk dan mencium kami kapanpun dia ingin. Dia membuat seluruh anggota keluargaku mengenalnya. Bahkan adik-adikku begitu menyayanginya dan menganggapnya sebagai kakak laki-laki mereka.
                Dia juga akan datang dan bermanja-manja dipangkuan mamaku layaknya mama kandung dia sendiri. Pernah sesekali dia datang kerumah dan ketika itu mamaku sedang duduk disebuah sofa panjang sendiri, dia langsung berbaring diatas pangkuan mama.
                “ Mama…elus-elus kepalaku dong “ pintanya pada mama.
                Mama yang juga begitu menyayanginya, hanya mengikuti apa yang dia minta.
                Jika dia lapar, dia akan datang dan merengek pada mama dan berkata “ Mama, aku laper “ dan mama akan memberikan dia makan.
Pernah sekali motornya masuk bengkel dan dia meminta uang padaku untuk menambah uangnya yang kurang guna membayar ongkos bengkel namun aku tak punya pada waktu itu. Aku menyuruhnya untuk meminta uang pada mama.
Dia datang kerumah dan meminta uang pada mama.
“ Ma, aku minta 25ribu dong buat nambah ongkos motor aku yang dibengkel “ pintanya pada mama yang sedang memasak didapur.
Entah apa yang special padanya yang membuat mama selalu memberikan apa yang dia minta. Mama meninggalkan pekerjaannya didapur dan mengambil uang yang dia butuhkan.
“ Makasih ma “ ucapnya pada mama setelah memberikan uang yang dia minta.
“ Iya, sana bayar ongkos bengkelnya “ perintah mama sambil beranjak kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya memasak.
Tanpa mama sadari dia mengikuti mama kedapur lalu memeluk mama dari belakang dan mengecup pipi mama sambil berkata “ Makasih ya ma “  lalu dia pergi.
Mama hanya senyum menerima prilaku dia yang sudah dianggap anaknya sendiri.
Pernah sekali ka Ossy memarahinya “ Kamu ini sering banget main disini, kayak udah rumah sendiri “.
Dia menanggapinya dengan candaan “ Emang ini rumah aku, aku kan anak angkatnya mama “ ucapnya sambil memandang mama.
“ Iiihh..anak angkat apaan ? Sejak kapan mama punya anak angkat kayak kamu ?” canda ka Ossy.
Dia malah beranjak pada ka Ossy lalu memeluk dan mencium ka Ossy.
Dia itu unik, berbeda dengan adik lelaki yang lain. Kami tak punya hubungan darah. Kami hanya mengenalnya karena dia pernah menjadi kekasih Vany dan menjadi anak murid ka Ossy. Namun, dia mampu mencuri kasih sayang dari setiap anggota keluargaku. Dia bahkan mampu membuat mama begitu menyayanginya. Dia membuat adik-adikku juga sangat menyayanginya.
Suatu malam….
“ Kakak  lihat Angel nih gangguin aku yang lagi belajar “ lapor adikku yang bernama Inha pada dia.
“ Angel, jangan gangguin kakak Inha yang lagi belajar. Sini sama kakak aja, kita main congklak “ serunya dan adikku Angel pun menuruti ucapannya.
“ Oh ya, siapa yang belum mandi ?“ tanya dia kepada adik-adikku, Angel, Inda dan Alfins.
“ Kakak Angel yang belum mandi “ jawab adikku Alfins dengan polosnya.
“ Ayo, Angel mandi sekarang, habis mandi belajar terus makan “ ucapnya lagi dan Angel mengikutinya.
Dia selalu suka mengingatkan adik-adikku untuk tidak lupa mandi, belajar, dan makan. Dia selalu berusaha menjaga mereka seperti adik kandungnya sendiri.
“ Kakak akan selalu menjaga kalian. Jaga ka Ossy, ka Santy, ade Vany, Inha, Angel, Inda dan juga Alfins. Kakak tidak akan biarkan siapapun membuat kalian dan mama menangis. Kakak tidak akan biarkan siapapun menyakiti kalian “ janjinya suatu hari ketika dia sedang bersama adik-adikku.
Dia ingin selalu menjaga kami seperti permata yang berharga.
“ Ade kenapa ga lanjut kuliah “ tanyaku, saat itu dia beru saja lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas tepatnya beberapa bulan lalu.
“ Aku tunggu Vany ka “ jawabnya.
“ Loh ngapain tunggu Vany segala ?” tanyaku bingung.
“ Karena papa dan mama pernah meminta aku untuk terus jagain dia. Mama bilang dimanapun Vany berada, aku harus ada disampingnya “ jelasnya.
Dia adalah orang yang selalu ingin menepati janjinya pada siapapun.
Dia adalah bagian dari keluarga kami yang tidak memiliki hubungan darah.
Dia adalah hadiah kecil yang Tuhan bungkus dengan kertas kado emas yang dikirimkan kedalam keluarga kami.
Dia adalah orang yang manja, yang akan cium seseorang jika dia ingin cium, yang akan memeluk seseorang jika dia ingin memeluk.
Dia adalah adik termanis yang aku dan keluargaku miliki.
Dia adalah anak tersayang yang mama punya.
Dia adalah adik dan kakak terbaik yang pernah kami miliki.
Dia adalah orang yang akan selalu ada disaat kami butuhkan.
Dia adalah orang yang tak bisa pergi jika belum berpamitan padaku.
Dia adalah orang yang telah membuat kami benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala kelakuan dan kemanjaannya.
Kalian ingin tau siapa yang kuceritakan ini…..
Dia adalah adik tersayangku Doan Aponno.
Ya dia adikku, adik terbaik, adik tersayang.
Ya dia kakak terbaik yang pernah dimiliki Vany, Inha, Angel, Inda dan Alfins
Ya dia adik tertampan yang dimiliki ka Ossy.
Dan dia adalah anak tersayang dan anak emas mama.
Dia, Doan Aponno yang beberapa hari lalu Tuhan panggil
Dia, Doan Aponno yang beberapa hari lalu pergi meninggalkan mama,papa,ka Ossy, aku dan adik-adikku.
Dia, Doan Aponno yang beberapa hari lalu pergi tanpa pamit dan meninggalkan luka yang begitu dalam.
Dia, Doan Aponno yang beberapa hari lalu dan meninggalkan airmata.
Dia yang berjanji takkan membiarkan siapapun membuat mama menangis namun dia yang membuat menangis.
Dia yang berjanji akan selalu menjaga dan berada disamping Vany hingga kapanpun namun dia yang meninggalkan Vany disaat-saat terakhir.
Dia yang membuat adik-adikku dan kakakku hilang semangat.
Dia yang membuat rumahku dalam sekejap penuh dan airmata.
Dia yang membuat mama, kakak dan adik-adikku hilang semangat mereka.
Adikku sayang, apakah kau bahagia disana ??
Apakah kau tak melihat airmata mama yang telah terlanjur menyayangimu ??
Mama tak pernah seperti ini sebelumnya, ka Ossy dan adik-adik juga tak pernah seperti ini sebelumnya. Terus menangis dan hilang semangat. Sekejap kau membuat rumah serasa begitu menyiksa bila melihat setiap sudut yang pernah kau sentuh.
Sayang..kami hanya butuh waktu untuk benar-benar merelakanmu.
Mama, kakak dan adik-adik hanya butuh waktu untuk bisa menerima kepergianmu.
Tidurlah yang lelap dalam tidur panjangmu.
Kami akan selalu mendoakanmu.
Kau pemilik cinta yang tak pernah usai.
We are still miss u beloved….
Rest in peace and Happy with God in Heaven…


For you my Beloved : Alm. Doan Aponno