Hujan itu pertanda bahwa semua akan indah pada waktunya... |
90 menit bersamanya
Entah apa yang ada didalam benakmu. Aku
terus bertanya-tanya apa arti dari semua ini. Namun hingga saat ini aku tak
menemukan jawabannya.
Malam itu....
Dddrrttt...
Ada
message entah dari siapa. Aku meraih handphoneku dengan malas
“
Keluar dong, aku disamping rumah kamu, disamping garasi mobil kamu “.
“ Eza ? Ngapain dia ngajak ketemuan ?”
batinku.
Aku
mengikuti isi sms dari Eza. Jujur malam itu aku deg-degan. Aku berjalan menuju
garasi mobil dan benar Eza berada disana, disamping garasi mobil.
“ Hey
“sapaku.
“ Hey,
thanks udah mau keluar “ ucapnya.
“ Iya,
sama-sama. Ngapain kamu nyuruh aku keluar ?” tanyaku penasaran.
“ Kapan
kamu balik Manado ?” dia balik bertanya padaku tanpa menjawab pertanyaanku.
“ Besok
siang aku balik “ jawabku singkat.
Ppppiiippp.......”
Eza buruan dong, jangan pacaran mulu “ suara orang memanggilnya.
“ Aku
balik dulu, ntar kalo sempat aku balik lagi “ pamitnya dan aku hanya dapat
mengangguk. Entah kenapa tiba-tiba ada sesuatu yang kurang dalam diriku.
Aku
masih sibuk dengan perasaanku sendiri disaat dia...
“ Oh my God, Eza nyium aku ? Dia baru aja
beri aku sebuah kecupan dipipi aku ?” hatiku melompat kegirangan.
Eza
mendaratkan sebuah kecupan yang aku sendiri tak dapat mengartikannya. Dan
setelah itu, dia pergi tanpa kata dan hanya menyunggingkan sebuah senyuman yang
aku juga sulit mengartikannya.
Aku
berlari sambil memegang pipiku.
“
Vaniiiii....kamu tau, aku baru saja dicium sama Eza “ aku memberitahukan adikku
yang selama ini menjadi tempat curhatku.
“ What?
Kok bisa? “ tanya adikku.
“ Aku
juga ga tau. Tiba-tiba aja dia nyium aku “ jawabku.
“ Ih
dasar genit, masa dia nyium kamu malah seneng padahal kamu sendiri ga tau
status kalian sekarang gimana. Teman ga, pacar juga ga “ komentar adikku.
Aku
membenarkan apa yang dikatakan adikku Vani. Kenapa aku malah senang dicium oleh
Eza padahal sekarang aku dan Eza ga tau statusnya gimana. Teman ga, pacar juga
ga. Ah tapi bodoh amat, pokoknya malam ini aku bahagia, paling ga penantianku
selama satu setengah tahun ini dihadiahi dengan sebuah kecupan. Thanks God .
“ Ah
bodoh amat yang penting malam ini aku seneng banget “ seruku cuek.
“
Untung papa dan mama lagi ga dirumah, kalo ga hmm..kamu pasti udah diiris
batang lehernya “ ejek Vani.
Aku tak
menanggapi ucapan Vani karena saat ini aku BAHAGIA.
Aku masih dapat merasakan getaran
dari kecupan itu hingga disini, dimana semua rasa ini berasal. Terkadang aku
merasa menyesal karena telah memutuskan Eza satu setengah tahun yang lalu.
Namun setelah semua waktu itu berlalu, aku baru menyadari bahwa itu yang
terbaik buat kita berdua. Buat aku dan juga buat Eza. Semuanya membuatku merasa
menjadi Karina yang lebih dewasa dalam segala hal dan aku berharap Eza pun
demikian.
Drrrrtt....
“ Dari Eza. Aku lagi beruntung banget malam ini “ batinku sambil
tersenyum.
Aku segera membuka message yang
masuk
Udah
tidur ya ? aku membacanya sambil tersenyum bahagia.
Ga koq, nih aq lg
nyantai aja di kmr. Km sndri gi ngap ? send.
Tak lama kemudian balasan masuk lagi
Lg baring” aja
dikamar jg nih, lg boring. Aku main kerumah km y ?
“
What, dia mau main kesini malam gini ? Gila, lagi mimpi apa aku ? Rasanya ga
mungkin banget “ aku tak mempercayai apa yang lagi terjadi
sekarang.
Aku membalasnya tak kalah cepet
Blh aja sih tp
nunggu papa dan yg lainnya tidur dl. Hehehe.....
“ Tuhan makasih atas malam ini,
semuanya terasa kembali walaupun tak seutuhnya. Aku bahagia “ ucapku pada diri
sendiri.
Blh aja. Kalo gt
aku k rmh km larut mlm aja ya
Km serius ? send. Aku
tak dapat mempercayai ini.
Iya, aku serius.
Ntar kalo aku udah nyampe rmh km, aku sms y !!
Kalo kayak gini sih aku terima aja
Ya udah deh dr km
aja. Aq tnggu J.
Setelah menerima sms terkahir dari
Eza, aku jadi sulit tidur. Aku deg-degan membayangkan apa yang akan terjadi
nanti. Rasanya udah lama banget aku ga sedeket ini sama dia. Dengan terus
memikirkan Eza, akhirnya aku terlelap juga.
Aku dikagetkan oleh lagu Christina Perry-A thousand years yang menjadi ringtone nya Eza di handphone
aku.
“ Aku udah didepan rumah kamu nih,
keluar deh “ seru Eza dari sebrang sana yang ternyata telah berada didepan
rumahku.
“ Iya, aku bakal keluar sekarang “
sahutku sambil menatap jam dinding yang berada dikamar.
“
Ya ampun sekarang pukul 03:00 pagi dan sekarang diluar sedang hujan deras. Dia
kok nekat banget “ batinku senang bercampur cemas.
Aku buru-buru keluar lewat pintu
belakang dan yang pasti dengan gaya slow biar ga ketahuan sama orang rumah.
Ketika aku berada didepan rumah, aku melihat dia sedang duduk dibawah sinar
lampu berteman hujan yang sedang turun. Aku tersenyum senang.
“ Eza “ panggilku. Dan untung aja
pendengarannya masih baik jadi ga perlu ngulang-ngulang deh panggilnya. Cukup
sekali saja.
Dia berbalik melihat aku dan
tersenyum.
Dia membawaku kearah belakang rumah
agar tidak mudah ketahuan orang.
Dia memberikanku sesuatu yang dari
dulu begitu aku sayang. Ezaika, sebuah boneka kura-kura berwarna pink,kuning
dan hijau yang kami namai Ezaika yang artinya Ez dari Eza, Ai yang berarti
cinta dari bahasa mandarin dan Ka dari Karina . Boneka pemberian Eza kepadaku
ketika kami pertama kali pacaran.
“ Ngapain kamu ngasih boneka ini ke
aku ?” tanyaku bingung. Jujur dalam hati aku takut, aku takut dia memberikan
boneka ini sebagai tanda bahwa dia benar-benar melupakan aku bersama semua
kenangan dengan boneka ini.
“ Soalnya kalo aku yang megang
takutnya kotor dan ga keurus, kan sayang” jelasnya sambil tersenyum.
“ Ow gitu ? Ya udah, kalo gitu aku
yang jagain aja “ ucapku sambil tersenyum. “ Kamu mau langsung pulang ?”
tanyaku.
“ Ga ah, bentar lagi. Aku masih pengen
disini dulu, bolehkan ?”.
“ Ow boleh aja”.
“ Kita duduk disana aja biar kalo papa
kamu bangun, kita ga ketahuan “ ajaknya kepadaku sambil tersenyum nakal dan dia mengajakku untuk duduk ditembok
samping rumah aku yang tidak mudah terlihat orang.
Aku hanya menjawabkan dengan sebuah
anggukan.
Aku mengikutinya dari belakang.
Deg-degan setangah mati, rasanya buku-buku kaki aku pada lemes seketika ketika
kami duduk sambil memandang turunnya hujan dan tiba-tiba dia menarik aku
kedalam dekapannya.
Aku bahagia, bahagia yang tak mampu ku
ungkapkan dengan kata-kata.
Dia mulai meletakkan kepalanya diatas
kedua lututku yang sedang berjongkok. Aku dapat memandangnya sedekat ini dan
aku merindukan moment seperti ini. Kami diam tanpa mengucapkan sepetah katapun.
Mungkin kami masih sama-sama ingin mengulang setiap kenangan yang pernah
terlukiskan selama kami masih menjadi sepasang kekasih.
Kemudian Eza mendongakan kepalanya dan
bertanya “ Apakah kamu bahagia selama ini ?”.
Aku hanya dapat mengangguk.
Dia berdiri dan aku mengikutinya
kemudian kami berdiri sambil bermain hujan dalam diam. Dia menyiramiku dengan
air yang berada pada telapak tangannya kemudian dia menarikku kedalam
pelukannya. Aku dapat merasakan kehangatan itu disini.
Dia mengecup jidatku tanpa berkata.
Aku menangis tanpa sadar dalam pelukannya. Entah apa arti airmataku, mungkin
rindu yang telah kusimpan selama ini, mungkin kekecewaan yang selama ini
kupendam dan mungkin juga karena rasa cinta yang kini tak mampu aku ungkapkan.
Eza memperat pelukannya dan aku mulai terisak-isak. Aku tak dapat menahan
gejolak dalam dadaku untuk menangis.
“
Tuhan, aku berdoa padamu didalam pelukan Eza. Aku mohon, biarkan pelukan ini
tetap menjadi milikku. Mungkin aku egois namun aku ingin selalu berada dalam
pelukan hangat ini. Pelukan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya “ doaku
dalam hati.
“ Udah jangan nangis lagi “ ucap Eza
lembut sambil menghampus airmataku.
“ Eza, aku pengen nanya seseuatu “.
“ Mau nanya apa ?”.
“ Sewaktu kita pacaran dulu, kamu
sayang ga sama aku ?” tanyaku penuh harap dan cemas.
“ Sangat, aku sangat sayang sama kamu
Karina “ jawabnya dan sekali lagi Eza mengecup keningku.
“ Sekarang apakah kamu masih sayang
sama aku ?” tanyaku lagi.
“ Sekarang aku ga tau gimana perasaan
aku “.
“ Biar kamu tau, sampe sekarang aku ga
siap kalo kamu bersama orang lain. Maafkan aku, mungkin aku memang belum siap
tapi aku janji bakal berusaha “.
“ Maafkan aku udah buat kamu terlalu
banyak nangis “ ucapnya.
Dia mengecup keningku, menatap dalam
mataku dan kemudian dia mengecup bibirku. Hatiku terisak, aku ingin selalu
merasakan moment seperti ini namun sekarang aku sadar semua takkan mungkin terulang
lagi.
Dia mendekapku lagi dan berkata “ Aku
pulang ya, udah jam setengah 5 pagi nih “ pamitnya.
Walaupun berat, aku membiarkan dia
pergi dengan kata lain semenjak saat itu Eza udah bener-bener hilang dari hidup
aku. Menghilang sebagai seorang kekasih yang tak mungkin aku miliki lagi.
Aku menangis terisak setelah Eza
pulang. Aku kira, aku mampu namun ternyata aku sama sekali ga ada kekuatan
untuk tidak menangis. Rasanya seperti ribuan anak panah ditancapkan didada ku
dan aku masih tetap berusaha mencabutnya satu per satu agar aku masih bisa
tetap hidup. Sakit rasanya.
Drrrtt...
Mungkin kamu ga
bisa mendapat yang seperti aku namun aku yakin kamu bisa mendapatkan yang lebih
baik dari aku. Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah mengahadirkan seseorang
seperti kamu dalam hidup aku, yang telah mewarnai hidup aku. Istirahatlah agar bentar perjalanannya tidak terlalu melelahkan.
Kini aku sadar, tidak semua yang kita
inginkan dalam hidup ini dapat kita raih. Aku sadar cinta tak harus saling
memiliki namun hingga kini aku masih belajar untuk menerima hal itu.
Untuk kamu yang disana, aku hanya
ingin kamu tau kalau hingga saat ini aku masih mencintai kamu.
Wo Ai Ni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar