Rabu, 10 April 2013


Hujan itu pertanda bahwa semua akan indah pada waktunya...

 90 menit bersamanya 

                Entah apa yang ada didalam benakmu. Aku terus bertanya-tanya apa arti dari semua ini. Namun hingga saat ini aku tak menemukan jawabannya.
                Malam itu....
                Dddrrttt...
                Ada message entah dari siapa. Aku meraih handphoneku dengan malas
                “ Keluar dong, aku disamping rumah kamu, disamping garasi mobil kamu “.
                “ Eza ? Ngapain dia ngajak ketemuan ?” batinku.
                Aku mengikuti isi sms dari Eza. Jujur malam itu aku deg-degan. Aku berjalan menuju garasi mobil dan benar Eza berada disana, disamping garasi mobil.
                “ Hey “sapaku.
                “ Hey, thanks udah mau keluar “ ucapnya.
                “ Iya, sama-sama. Ngapain kamu nyuruh aku keluar ?” tanyaku penasaran.
                “ Kapan kamu balik Manado ?” dia balik bertanya padaku tanpa menjawab pertanyaanku.
                “ Besok siang aku balik “ jawabku singkat.
                Ppppiiippp.......” Eza buruan dong, jangan pacaran mulu “ suara orang memanggilnya.
                “ Aku balik dulu, ntar kalo sempat aku balik lagi “ pamitnya dan aku hanya dapat mengangguk. Entah kenapa tiba-tiba ada sesuatu yang kurang dalam diriku.
                Aku masih sibuk dengan perasaanku sendiri disaat dia...
                “ Oh my God, Eza nyium aku ? Dia baru aja beri aku sebuah kecupan dipipi aku ?” hatiku melompat kegirangan.
                Eza mendaratkan sebuah kecupan yang aku sendiri tak dapat mengartikannya. Dan setelah itu, dia pergi tanpa kata dan hanya menyunggingkan sebuah senyuman yang aku juga sulit mengartikannya.
                Aku berlari sambil memegang pipiku.
                “ Vaniiiii....kamu tau, aku baru saja dicium sama Eza “ aku memberitahukan adikku yang selama ini menjadi tempat curhatku.
                “ What? Kok bisa? “ tanya adikku.
                “ Aku juga ga tau. Tiba-tiba aja dia nyium aku “ jawabku.
                “ Ih dasar genit, masa dia nyium kamu malah seneng padahal kamu sendiri ga tau status kalian sekarang gimana. Teman ga, pacar juga ga “ komentar adikku.
                Aku membenarkan apa yang dikatakan adikku Vani. Kenapa aku malah senang dicium oleh Eza padahal sekarang aku dan Eza ga tau statusnya gimana. Teman ga, pacar juga ga. Ah tapi bodoh amat, pokoknya malam ini aku bahagia, paling ga penantianku selama satu setengah tahun ini dihadiahi dengan sebuah kecupan. Thanks God .
                “ Ah bodoh amat yang penting malam ini aku seneng banget “ seruku cuek.
                “ Untung papa dan mama lagi ga dirumah, kalo ga hmm..kamu pasti udah diiris batang lehernya “ ejek Vani.
                Aku tak menanggapi ucapan Vani karena saat ini aku BAHAGIA.
Aku masih dapat merasakan getaran dari kecupan itu hingga disini, dimana semua rasa ini berasal. Terkadang aku merasa menyesal karena telah memutuskan Eza satu setengah tahun yang lalu. Namun setelah semua waktu itu berlalu, aku baru menyadari bahwa itu yang terbaik buat kita berdua. Buat aku dan juga buat Eza. Semuanya membuatku merasa menjadi Karina yang lebih dewasa dalam segala hal dan aku berharap Eza pun demikian.
Drrrrtt....
“ Dari Eza. Aku lagi beruntung banget malam ini “ batinku sambil tersenyum.
Aku segera membuka message yang masuk
Udah tidur ya ? aku membacanya sambil tersenyum bahagia.
Ga koq, nih aq lg nyantai aja di kmr. Km sndri gi ngap ? send.
Tak lama kemudian balasan masuk lagi
Lg baring” aja dikamar jg nih, lg boring. Aku main kerumah km y ?
“ What, dia mau main kesini malam gini ? Gila, lagi mimpi apa aku ? Rasanya ga mungkin banget “ aku tak mempercayai apa yang lagi terjadi sekarang.
Aku membalasnya tak kalah cepet
Blh aja sih tp nunggu papa dan yg lainnya tidur dl. Hehehe.....
“ Tuhan makasih atas malam ini, semuanya terasa kembali walaupun tak seutuhnya. Aku bahagia “ ucapku pada diri sendiri.
Blh aja. Kalo gt aku k rmh km larut mlm aja ya
Km serius ? send. Aku tak dapat mempercayai ini.
Iya, aku serius. Ntar kalo aku udah nyampe rmh km, aku sms y !!
Kalo kayak gini sih aku terima aja
Ya udah deh dr km aja. Aq tnggu J.
Setelah menerima sms terkahir dari Eza, aku jadi sulit tidur. Aku deg-degan membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Rasanya udah lama banget aku ga sedeket ini sama dia. Dengan terus memikirkan Eza, akhirnya aku terlelap juga.
Aku dikagetkan oleh lagu Christina Perry-A thousand  years  yang menjadi ringtone nya Eza di handphone aku.
“ Aku udah didepan rumah kamu nih, keluar deh “ seru Eza dari sebrang sana yang ternyata telah berada didepan rumahku.
“ Iya, aku bakal keluar sekarang “ sahutku sambil menatap jam dinding yang berada dikamar.
“ Ya ampun sekarang pukul 03:00 pagi dan sekarang diluar sedang hujan deras. Dia kok nekat banget “ batinku senang bercampur cemas.
Aku buru-buru keluar lewat pintu belakang dan yang pasti dengan gaya slow biar ga ketahuan sama orang rumah. Ketika aku berada didepan rumah, aku melihat dia sedang duduk dibawah sinar lampu berteman hujan yang sedang turun. Aku tersenyum senang.
“ Eza “ panggilku. Dan untung aja pendengarannya masih baik jadi ga perlu ngulang-ngulang deh panggilnya. Cukup sekali saja.
Dia berbalik melihat aku dan tersenyum.
Dia membawaku kearah belakang rumah agar tidak mudah ketahuan orang.
Dia memberikanku sesuatu yang dari dulu begitu aku sayang. Ezaika, sebuah boneka kura-kura berwarna pink,kuning dan hijau yang kami namai Ezaika yang artinya Ez dari Eza, Ai yang berarti cinta dari bahasa mandarin dan Ka dari Karina . Boneka pemberian Eza kepadaku ketika kami pertama kali pacaran.
“ Ngapain kamu ngasih boneka ini ke aku ?” tanyaku bingung. Jujur dalam hati aku takut, aku takut dia memberikan boneka ini sebagai tanda bahwa dia benar-benar melupakan aku bersama semua kenangan dengan boneka ini.
“ Soalnya kalo aku yang megang takutnya kotor dan ga keurus, kan sayang” jelasnya sambil tersenyum.
“ Ow gitu ? Ya udah, kalo gitu aku yang jagain aja “ ucapku sambil tersenyum. “ Kamu mau langsung pulang ?” tanyaku.
“ Ga ah, bentar lagi. Aku masih pengen disini dulu, bolehkan ?”.
“ Ow boleh aja”.
“ Kita duduk disana aja biar kalo papa kamu bangun, kita ga ketahuan “ ajaknya kepadaku sambil tersenyum nakal  dan dia mengajakku untuk duduk ditembok samping rumah aku yang tidak mudah terlihat orang.
Aku hanya menjawabkan dengan sebuah anggukan.
Aku mengikutinya dari belakang. Deg-degan setangah mati, rasanya buku-buku kaki aku pada lemes seketika ketika kami duduk sambil memandang turunnya hujan dan tiba-tiba dia menarik aku kedalam dekapannya.
Aku bahagia, bahagia yang tak mampu ku ungkapkan dengan kata-kata.
Dia mulai meletakkan kepalanya diatas kedua lututku yang sedang berjongkok. Aku dapat memandangnya sedekat ini dan aku merindukan moment seperti ini. Kami diam tanpa mengucapkan sepetah katapun. Mungkin kami masih sama-sama ingin mengulang setiap kenangan yang pernah terlukiskan selama kami masih menjadi sepasang kekasih.
Kemudian Eza mendongakan kepalanya dan bertanya “ Apakah kamu bahagia selama ini ?”.
Aku hanya dapat mengangguk.
Dia berdiri dan aku mengikutinya kemudian kami berdiri sambil bermain hujan dalam diam. Dia menyiramiku dengan air yang berada pada telapak tangannya kemudian dia menarikku kedalam pelukannya. Aku dapat merasakan kehangatan itu disini.
Dia mengecup jidatku tanpa berkata. Aku menangis tanpa sadar dalam pelukannya. Entah apa arti airmataku, mungkin rindu yang telah kusimpan selama ini, mungkin kekecewaan yang selama ini kupendam dan mungkin juga karena rasa cinta yang kini tak mampu aku ungkapkan. Eza memperat pelukannya dan aku mulai terisak-isak. Aku tak dapat menahan gejolak dalam dadaku untuk menangis.
“ Tuhan, aku berdoa padamu didalam pelukan Eza. Aku mohon, biarkan pelukan ini tetap menjadi milikku. Mungkin aku egois namun aku ingin selalu berada dalam pelukan hangat ini. Pelukan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya “ doaku dalam hati.
“ Udah jangan nangis lagi “ ucap Eza lembut sambil menghampus airmataku.
“ Eza, aku pengen nanya seseuatu “.
“ Mau nanya apa ?”.
“ Sewaktu kita pacaran dulu, kamu sayang ga sama aku ?” tanyaku penuh harap dan cemas.
“ Sangat, aku sangat sayang sama kamu Karina “ jawabnya dan sekali lagi Eza mengecup keningku.
“ Sekarang apakah kamu masih sayang sama aku ?” tanyaku lagi.
“ Sekarang aku ga tau gimana perasaan aku “.
“ Biar kamu tau, sampe sekarang aku ga siap kalo kamu bersama orang lain. Maafkan aku, mungkin aku memang belum siap tapi aku janji bakal berusaha “.
“ Maafkan aku udah buat kamu terlalu banyak nangis “ ucapnya.
Dia mengecup keningku, menatap dalam mataku dan kemudian dia mengecup bibirku. Hatiku terisak, aku ingin selalu merasakan moment seperti ini namun sekarang aku sadar semua takkan mungkin terulang lagi.
Dia mendekapku lagi dan berkata “ Aku pulang ya, udah jam setengah 5 pagi nih “ pamitnya.
Walaupun berat, aku membiarkan dia pergi dengan kata lain semenjak saat itu Eza udah bener-bener hilang dari hidup aku. Menghilang sebagai seorang kekasih yang tak mungkin aku miliki lagi.
Aku menangis terisak setelah Eza pulang. Aku kira, aku mampu namun ternyata aku sama sekali ga ada kekuatan untuk tidak menangis. Rasanya seperti ribuan anak panah ditancapkan didada ku dan aku  masih tetap berusaha  mencabutnya satu per satu agar aku masih bisa tetap hidup. Sakit rasanya.
Drrrtt...
Mungkin kamu ga bisa mendapat yang seperti aku namun aku yakin kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku. Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah mengahadirkan seseorang seperti kamu dalam hidup aku, yang telah mewarnai hidup aku. Istirahatlah agar bentar perjalanannya tidak terlalu melelahkan.
Kini aku sadar, tidak semua yang kita inginkan dalam hidup ini dapat kita raih. Aku sadar cinta tak harus saling memiliki namun hingga kini aku masih belajar untuk menerima hal itu.
Untuk kamu yang disana, aku hanya ingin kamu tau kalau hingga saat ini aku masih mencintai kamu.

Wo Ai Ni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar